Transformasi Warnet untuk Gamers

ASAP rokok yang mengepul, debu bertebaran, dan gulungan kabel berantakan ialah sejumlah pemandangan lazim di warnet alias warung internet. Tak mengherankan jika banyak yang menganggap warnet menawarkan lingkungan yang tidak sehat bagi pengunjungnya.

Makanya sontak, kesan takjub muncul ketika kami ditunjukkan suasana Icafe yang telah disertifikasi Nvidia. Lampu-lampu hijau yang terkesan futuristik menyala di dalam ruangan, deretan komputer berjajar rapi, lengkap dengan perlengkapan audio. Tak ada satu pun puntung rokok karena semuanya berpendingin ruangan dan dilarang merokok.

Meski baru diinisiasi sejak Januari 2016, saat ini sudah ada 16 Icafe yang tersebar di 15 kota di Indonesia, di antaranya di Jakarta, Surabaya, Semarang, Makassar, dan Jambi. Padahal Nvidia hanya menargetkan 12 Icafe saja dalam setahun.

Tempat-tempat itu menjadi surga para gamer. Tidak hanya membangun dari nol, Nvidia juga bekerja sama dengan warnet yang sudah ada dan memang lama menjadi markas para gamer kasual maupun profesional. "Tentu mereka, kalau mau bergabung, harus memenuhi persyaratan kami, seperti tidak boleh merokok di dalam ruangan," terang Consumer Lead Nvidia Indonesia Harry Kartono.

Tidak hanya sebagai hiburan, Icafe bisa menjadi tempat melatih keterampilan bermain gim lewat kompetisi. Seperti yang akan berlangsung di penghujung tahun ini, yakni GeForce eSport Xtreme Tournament (GEXT).

Turnamen e-sports berskala nasional yang diselenggarakan Nvidia itu akan berlangsung di semua GeForce iCafe Certified di Indonesia. Lebih dari 100 gamer akan berjuang menjadi juara di Defense of the Ancients 2 (DOTA 2). Total hadiahnya mencapai Rp175 juta.

Saat berbicara dalam peluncuran GEXT di Pullman Hotel Central Park, Jakarta (26/10), Harry menjelaskan ajang itu diharapkan bisa semakin menumbuhkan komunitas pecinta gim sebagai e-sport. "Jadi seperti pelatnas atau pelatda dalam persiapan untuk pertandingan nasional. Tujuannya untuk menimbulkan animo komunitas," lanjutnya.

Harry yakin ketersediaan Icafe dan turnamen gim bisa membuka kesempatan regenerasi gamers muda. Pendaftaran GEXT dibuka sejak 26 Oktober dan ditutup 24 November 2016. Soal mengapa DOTA 2 yang dipilih untuk dipertandingkan, dia menjelaskan hal itu mengikuti tren di gim. Namun, ke depan GEXT juga berencana menandingkan gim jenis lainnya. Kompetisi itu sendiri dibagi dua jalur, untuk rookie alias pemain kasual dan untuk gamer profesional. Pemenangnya diharapkan bisa mewakili Indonesia untuk bersaing di Asia Tenggara.

"Menurut kami, ini merupakan sebuah langkah besar bagi Indonesia untuk mengumpulkan dan menumbuhkan atlet-atlet berbakat di dunia gim daring yang dapat membuat negara kita diakui di mata komunitas e-sport internasional," imbuh Eddy Lim, Ketua Umum Indonesia e-Sports Association (IeSPA).

Menepis citra negatif

Bukan rahasia, gim masih diasosiasikan dengan kegiatan negatif yang cuma buang waktu. Anggapan itu ingin ditepis Nvidia, IeSPA, juga FORMI. Bagi Ketua Umum IeSPA Edddy Lim, di situlah letak pentingnya mengategorikan gim sebagai olahraga. "Dulu juga bela diri dianggap negatif karena dikira pasti untuk berantem. Pas dianggap sebagai olahraga, citranya membaik," cetusnya.

Pengenalan terhadap informasi dan teknologi, juga latihan bersaing secara sehat, ialah di antara hal yang menurutnya menjadi manfaat gim sebagai e-sport.

Sejalan dengan itu, Ketua Umum Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Hayono Isman yang ditemui di kesempatan yang sama juga mengajak pembudayaan olahraga lewat cara-cara rekreatif semacam itu. Dia menyebut 84% remaja Indonesia saat ini dikategorikan tidak aktif dan itu menjadi ancaman serius di masa mendatang. Lantas bagaimana dengan gamers yang kesannya juga kurang bergerak? "Ternyata untuk gamer bisa bermain maksimal, mereka juga perlu bugar," sebutnya.

Di sisi lain, dia berharap e-sport yang akan makin dipopulerkan lewat turnamen bisa menyampaikan moral yang baik. Ini terkait dengan konten gimnya hingga menepis kesan negatifnya. (M-4)