Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Pesawat Jet Penumpang Buatan Tiongkok Terbang Perdana

(AFP/Antara/Dhk/L-2)
06/5/2017 02:30
Pesawat Jet Penumpang Buatan Tiongkok Terbang Perdana
(AP/Greg Baker)

PESAWAT sipil komersial pertama buatan Tiongkok C919 terbang perdana pada Jumat (5/5) dari bandara internasional Pudong, Shanghai. Peristiwa bersejarah itu disaksikan ribuan orang yang bersorak riuh rendah. Ini menandai masuknya industri penerbangan Tiongkok ke dalam kancah internasional. Pesawat tinggal landas pada pukul 14.00 waktu setempat dan terbang selama 1,5 jam.

Dalam uji coba itu, C919 diterbangkan dengan kecepatan 300 kilometer per jam. Pesawat menjalani uji terbang di ketinggian 3.000 meter, sekitar 7.000 meter lebih rendah daripada ketinggian jelajah pada umumnya. C919 diproduksi perusahaan penerbangan milik negara Commercial Aircraft Corporation of China (COMAC). C919 dirancang untuk mengangkut 168 penumpang dan memiliki daya jelajah maksimal 5.555 kilometer. Pesawat berbadan ramping C919 pertama kali dikenalkan pada 2008 dan roll-out pertama dari pabrik pada November 2015.

Penerbangan perdananya semula dijadwalkan pada Juni 2014 dan pengiriman pertama kepada launch customer-nya, Chengdu Airlines, pada 2016. Namun, sejumlah kendala terjadi hingga jadwal tersebut akhirnya mundur. Saat ini Comac sudah menerima pesanan sebanyak 570 unit. Sebagian besar permintaan berasal dari maskapai penerbangan domestik Tiongkok. Cs919 dibangun untuk menyaingi pemain besar dalam dunia dirgantara, yakni Boeing (B737) dan Airbus (A320).

Pesawat berbadan ramping itu merupakan bentuk upaya Tiongkok selama hampir satu dekade untuk mengurangi ketergantungan terhadap Eropa dan Amerika Serikat.
Menurut editor majalah Flightglobal Greg Waldron, penerbangan perdana tersebut sebenarnya bukan hal besar tetapi bisa menjadi momen simbolis evolusi industri penerbangan di 'Negeri Tirai Bambu' tersebut.

Rencana terbang perdana C919 itu muncul sepekan setelah Tiongkok meluncurkan kapal induk buatan dalam negeri dan sukses dalam proses 'docking' sebuah wahana kargo dengan laboratorium angkasa luar di orbit Bumi. Saat ini, Tiongkok disebut-sebut masih sebagai pangsa pasar besar bagi Boeing dan Airbus. Jumlah penumpang pesawat terbang di negeri itu pun diproyeksikan terus bertambah. Maskapai-maskapai penerbangan Tiongkok diperkirakan bakal membutuhkan 6.000 unit pesawat baru dalam dua dekade ke depan.

Menurut International Air Transport Association (IATA), pasar transportasi udara Tiongkok akan melampaui Amerika Serikat pada 2024. Pada 2030, Comac menargetkan C919 mampu memenuhi sepertiga kebutuhan pesawat kelas single aisle (jarak pendek dan menengah) di Tiongkok. Perusahaan pelat merah itu juga mencanangkan untuk menjadi pabrikan pesawat nomor lima di dunia.

Tantangan yang harus diatasi C919 saat ini ialah merebut kepercayaan konsumen yang selama ini sudah sangat yakin dengan kemampuan Airbus dan Boeing. "Butuh waktu bagi para konsumen di seluruh dunia merasa nyaman membeli pesawat buatan Tiongkok. Hal itu tak akan terjadi dalam 10 tahun ke depan," ujar analis kedirgantaraan dari Endai Analytics yang berbasis di Malaysia, Shukor Yusof.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya