TAFSIR Al-Mishbah bersama Quraish Shihab pada puasa hari ke-22 Ramadan membahas Surah ke-35, Al-Fathir, ayat 41 sampai 45.
Dalam surah tersebut dijelaskan tentang akibat yang akan diterima kaum musyrik atas amal buruk yang diperbuat, karena suatu waktu semua akan binasa.
Quraish mengatakan ayat dalam surah ini berbicara mengenai kekuasaan Allah dalam mengendalikan alam semesta.
Allah mengendalikan langit dan bumi dengan segala yang ada supaya tidak menyimpang dari jalurnya dan dapat mengakibatkan kehancuran.
"Allah mengatur perjalanan alam raya. Matahari tidak menyimpang dari garis edarnya. Allah mengendalikan segalanya supaya tidak menyimpang. Seandainya ada yang menyimpang, tidak ada yang bisa mengembalikan keadaan seperti semula kecuali Allah," ujarnya.
Dalam ayat selanjutnya disebutkan, sebelum itu terjadi, Allah sesungguhnya mempunyai sifat mahamenangguhkan.
Dia menangguhkan segala hukuman bagi manusia atas perbuatannya sehingga manusia mempunyai cukup waktu untuk mengoreksi apa yang diperbuat di dunia.
"Allah menangguhkan (hukuman) untuk memberi kesempatan pertama menyadari kesalahannya dan bertobat, supaya waktu jatuhnya sanksi itu tepat," tutur Quraish.
Sesuatu yang Dia tangguhkan tersebut, tambahnya, demi kemaslahatan.
Dengan demikian, walaupun Allah Mahakuasa, dia memiliki sifat untuk menangguhkan hukuman dan maha pengampun.
Ayat lain dalam surah ini juga menggambarkan bagaimana orang-orang musyrik bersumpah dengan nama Allah apabila datang seorang pemberi pesan (Rasulullah), mereka akan mengikutinya dan menjadi orang yang lebih patuh daripada orang yahudi dan nasrani.
Namun, ketika Rasulullah datang, orang-orang musyrik di Mekah justru mengingkari itu.
Tidak percaya terhadap apa yang disampaikan Rasulullah dan menjauh dengan keangkuhan.
Oleh karena itu, Allah memperingatkan melalui ayat-ayat-Nya dalam Alquran bahwa orang-orang yang makar dalam arti buruk akan menimpa perancangnya. Umat yang durhaka akan ditimpa bencana.
Menurut Quraish, itu pernah terjadi pada umat nabi sebelumnya, yakni Nabi Nuh, Saleh, dan Nabi Luth.
Oleh karena itu, Allah meminta kita belajar dari peristiwa umat terdahulu yang lalai dan tidak mengindahkan peringatan.
"Seandainya Allah menjatuhkan sanksi kepada penghuni bumi yang melakukan durhaka, tidak satu pun di muka bumi yang akan selamat," kata Quraish.
Ia juga menjelaskan ada kebiasaan Allah dan sudah banyak dijelaskan dalam Alquran dari sejarah masa lalu, untuk mengetahui akibat dari suatu perbuatan.
Kita diajak belajar dari peristiwa orang-orang terdahulu, mereka hancur karena perbuatan buruk.
Dengan melihat contoh yang ada, tidak ada alasan untuk tidak belajar lebih jauh.
Selama Allah masih menangguhkan hukuman terhadap kita, selama itu pula masih ada waktu. (Ind/H-2)