Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
BERBICARA tentang kekerasan pada anak, tidak hanya menyoal kekerasan fisik, tetapi juga kekerasan verbal.
Kebanyakan orang lebih tertarik untuk membahas kekerasan fisik sebab penanganannya dalam segi hukum lebih mudah karena ada bukti nyata.
Padahal, kalau dicermati, dampak yang ditimbulkan dari kekerasan verbal lebih besar pengaruh negatifnya dalam jangka panjang.
Hal itu terutama bagi perkembangan mental yang memengaruhi pembentukan karakter dan kepribadian anak.
Pelaku kekerasan verbal biasanya dilakukan pihak terdekat seperti orangtua, guru, keluarga, dan orang-orang di lingkungan sekitar sang anak.
Sebenarnya, orang-orang tersebut memiliki niat baik untuk mendidik, tapi tanpa disadari penggunaan bahasa dan penyampaian yang tidak tepat malah dapat menyakiti perasaan anak.
Hal inilah yang kemudian berdampak negatif bagi perkembangan mental anak.
Kebiasaan orang dewasa seperti mencela, meremehkan, membentak, meneriaki, menakut-nakuti, memberi label negatif, dan sebagainya, dapat mengikis kepercayaan diri anak, bahkan parahnya bisa menyebabkan gangguan psikologis yang menghambat kemampuan dasarnya sebagai manusia.
Anak yang terbiasa mengalami kekerasan verbal bisa tumbuh menjadi anak yang sensitif, agresif, dan pemberontak.
Selain memengaruhi konsep diri di mana dia akan mempersepsikan dirinya sebagaimana lingkungan melabelinya, anak-anak juga bisa meniru apa yang dilakukan orang dewasa kepada mereka, termasuk melakukan tindak kekerasan.
Apa jadinya jika generasi bangsa memiliki karakter dan kepribadian yang buruk?
Oleh karena itu, dalam menangani kekerasan verbal pada anak, bukan tindakan hukum yang diperlukan, melainkan dengan menumbuhkan kesadaran pada diri kita selaku orang yang lebih dewasa.
Misalnya, dalam penjatuhan sanksi atas kesalahan yang diperbuat anak memang dibutuhkan, tetapi sebaiknya dibarengi dengan pemberian penghargaan ketika sang anak melakukan perbuatan baik.
Dengan kondisi begitu, tumbuh karakter anak yang bertanggung jawab.
Mencari tahu alasan anak melakukan kesalahan dan memahami apa yang dibutuhkan anak juga sangat diperlukan.
Selain itu, kita juga harus memperbaiki perilaku kita agar menjadi contoh yang baik untuk anak karena cara mendidik terbaik ialah dengan menjadi teladan yang patut ditiru.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved