Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
INDONESIA telah memasuki usia ke-72. Di usia yang bisa dibilang tidak muda tersebut, Indonesia sudah mengalami banyak perubahan, salah satunya pembangunan infrastruktur yang luar biasa gencar. Presiden Joko Widodo begitu getol membangun infrastruktur, termasuk di daerah pelosok. Pembangunan infrastruktur yang begitu pesat perlu diikuti dengan pembangunan mental masyarakat. Jika kemajuan pembangunan infrastruktur dan pembangunan sumber daya manusia sudah bisa berjalan beriringan, barulah negara tersebut bisa dikatakan sepenuhnya merdeka.
Kemerdekaan yang didapat Indonesia saat ini bukanlah sebuah hal sederhana, perlu pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, bahkan nyawa dari para pejuang untuk merebutnya dari tangan penjajah. Perjuangan para pahlawan untuk merebut kemerdekaan tersebut tidak boleh disia-siakan begitu saja. Kemerdekaan ini perlu diisi dengan hal-hal positif dan produktif agar Indonesia semakin besar dan maju.
Selain direpresentasikan dengan infrastruktur yang megah dan teknologi canggih, negara maju sering diasosiasikan dengan kultur masyarakatnya yang luar biasa. Sebut saja Jepang, sebuah negara maju dengan kultur masyarakat yang terkenal memiliki disiplin tinggi. Hal tersebut tentu tidak terbentuk dalam hitungan hari, tetapi dibentuk selama beribu-ribu tahun melalui proses yang panjang. Satu hal yang pasti jika memiliki keinginan yang kuat untuk mengubah negara tentu kita harus mengubah diri kita sendiri karena perubahan besar selalu dimulai dari sesuatu yang kecil.
Semua orang berhak, bahkan wajib menjunjung tinggi nama Indonesia di mata dunia dengan berkontribusi sesuai dengan kapasitas masing-masing. Salah satu elemen penting dari sebuah negara ialah generasi muda.
Bung Karno pernah mengatakan, “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kugunjang dunia.” Kutipan tersebut kiranya tidaklah berlebihan karena saat ini memang generasi mudalah yang memegang kendali atas segala aspek kehidupan.
Mark Zuckerberg, anak muda sebagai pendiri media sosial terbesar Facebook bisa sejajar dengan orang terkaya di dunia yang notabene berusia lebih tua darinya. Di Tanah Air, ada beberapa anak muda berbakat yang tidak kalah sukses. Sebut saja Nadiem Makarim, pendiri Go-Jek, aplikasi transportasi daring terbesar di Indonesia. Mereka beberapa anak muda yang memilih untuk berkarya daripada membuat perkara.
Sayangnya, tidak semua generasi muda berpikiran seperti mereka. Justru sebaliknya, banyak anak muda sangat mudah mencela ketimbang berkarya. Media sosial ialah saksi sejarah betapa banyaknya waktu generasi muda yang terbuang percuma hanya untuk berdebat. Hanya karena perbedaan pendapat, mereka lantas sibuk mengoreksi dan mencela kesalahan orang lain. Padahal, dengan waktu yang sama sebenarnya mereka bisa menggunakannya untuk hal yang lebih produktif.
Generasi penerus bangsa hendaknya lebih memperbanyak karya positif yang bisa memajukan negara daripada berdebat kusir yang justru bisa memicu potensi perpecahan. Karya nyata yang berdampak kecil pun lebih bermanfaat daripada sejuta argumen besar yang tidak terealisasi. Hal tersebut merupakan upaya yang tepat mengisi kemerdekaan yang diperjuangkan para pahlawan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved