Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Generasi Y dan Sepak Bola

Adiyanto Wartawan Media Indonesia
30/6/2016 04:40
Generasi Y dan Sepak Bola
()

PADA 22 Juni 1986, sejarah tercipta di Stadion Aztec, Meksiko.

Pada laga perempat final Piala Dunia yang mementaskan laga Argentina kontra Inggris itu, bintang tim 'Tango' Diego Armando Maradona membuat gol kontroversial dengan bantuan tangannya.

Argentina akhirnya menang terhormat karena setelah gol pembuka yang kontroversial itu, Maradona membuat gol berikutnya dengan aksi solo yang memukau.

"Setelah pertandingan, kami merayakannya hingga menangis. Rasanya seperti kami telah menegakkan keadilan. Ya, mungkin bukan keadilan, tapi jelas melegakan bagi para ibu yang kehilangan putra mereka di Falkland," ujarnya, saat merayakan 30 tahun gol kontroversialnya tersebut, seperti dikutip Mirror, Kamis (23/6).

Pengakuan yang cukup kontroversial itu baru diungkap Maradona puluhan tahun setelah gol tangan Tuhannya itu.

Falkland ialah nama pulau yang disengketakan Inggris dan Argentina yang memicu Perang Malvinas pada dekade 80-an.

Bagi wartawan yang meliput pertandingan bersejarah itu, mungkin sulit untuk melongok apa yang terjadi di ruang ganti tim Argentina kala itu setelah laga usai.

Begitu pun saat bintang Prancis Zinedine Zidane diusir wasit dari lapangan lantaran menanduk dada bek Italia Marco Materazzi di final Piala Dunia 2006.

Tidak seorang pun tahu apa yang dilakukan Zidane di ruang ganti.

Apalagi, area itu harus steril dari juru warta.

Namun, di era teknologi informasi saat ini, apa yang terjadi di ruang ganti pemain bisa dengan mudah diakses.

Tak cuma oleh wartawan, para fan pun kadang bisa dengan mudah melihat kelakuan idola mereka.

Di perhelatan Piala Eropa 2016 yang tengah digelar di Prancis, misalnya, pemain Kroasia Ivan Rakitic mengunggah foto dia dan rekan-rekannya dari ruang ganti pemain seusai timnya mengalahkan Turki.

Di situ Rakitic berpose hanya mengenakan handuk bersama ketiga rekannya.

Foto itu dia unggah lewat akun Twitter-nya, @ivanrakitic. Foto yang dia tautkan ke akun Instragram-nya itu tentu saja mendapat komentar dari para follower-nya.

Rakitic, gelandang Barcelona kelahiran 1988, ialah salah satu dari kalangan generasi Y yang menjadi mayoritas penampil di perhelatan Piala Eropa tahun ini.

Meski belum ada patokan pasti batasan usia generasi itu, hampir semua literatur sepakat bahwa sebagian besar generasi tersebut lahir antara 1980-an dan 1990-an.

Ciri utama generasi itu ialah akrab dengan gadget dan selalu terkoneksi dengan internet.

Para pewarta kini tak perlu susah payah menjadi paparazi untuk mendapatkan foto eksklusif mereka.

Mereka juga tak perlu repot menunggu jumpa pers untuk menanti komentar hasil sebuah pertandingan.

Jika beruntung, mereka akan berkicau sendiri lewat akun media sosial, syukur-syukur Anda jadi follower mereka.

'Biarlah soal preview atau hasil pertandingan menjadi milik ESPN. Bagi kami, di antara bola dan peluit di lapangan, mereka (pemain) hanyalah manusia biasa... seperti kita', tulis pengelola Tweetsfc.com.

Situs yang mengusung jargon 'It's all about the players' itu mengumpulkan berbagai foto yang diambil dari akun media sosial para pesepak bola dari seluruh dunia.

Situs itu dikelola anak muda asal Kanada Bill Curtis yang juga berasal dari kalangan generasi Y.

'Dalam beberapa dekade, para pahlawan sepak bola telah menginspirasi kami dari lapangan dan kini di media sosial mereka menginspirasi kami dengan kehidupan keseharian mereka, baik dari dalam maupun luar lapangan', tulis Curtis dalam situsnya.

Pria yang gila sepak bola dan menyukai teknologi pemograman komputer itu setidaknya telah terinspirasi oleh hobi dan kreativitasnya tersebut.

Itulah salah satu poin lain dari ciri generasi mereka. (R-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya