Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Spesialis Tim Semenjana

12/5/2016 05:30
Spesialis Tim Semenjana
(AFP)

TIM nasional Albania siap me-neruskan aksi menawan pada gelaran putaran final Euro 2016 Prancis, Juni mendatang. Keberhasilan the Eagles lolos ke turnamen akbar itu tak lepas dari besutan juru taktik bernama Gianni de Biasi.

Setelah mengantarkan tim guram itu ke Piala Eropa untuk yang pertama dalam sejarah, De Biasi disanjung bak pahlawan di Albania. Berkat keberhasilannya itu, Presiden Albania Bujar Nishani bahkan menganugerahi pria asal Italia itu dengan status kewarganegaraan.
Catatan kepelatihan juru taktik bernama lengkap Giovanni de Biasi itu saat bersama Albania cukup mentereng. De Biasi mampu membawa negara yang awalnya tidak memiliki sejarah di turnamen mayor sepak bola mana pun itu menjadi salah satu tim yang mengisi putaran final Euro 2016.

Sebelumnya, pria berusia 59 tahun itu bukanlah pelatih tenar meski sudah malang melintang di lapangan hijau. Ia tecatat hanya pernah mem-besut tim-tim kecil di Italia, seperti FC Pro Vasto, Carpi FC 1909, Cosenza Calcio, SPAL 1907, dan Modena, meski juga pernah menangani Brescia, Torino, dan Udinese.

De Biasi mengalami fase terbaik saat melatih Modena (1999-2003). Di bawah asuhannya, Modena berhasil melompat ke Seri A (2002) setelah absen selama 38 tahun.

Pada 2005, mantan gelandang Palermo itu hijrah ke Turin dan membawa Torino yang tengah mengalami krisis keuangan promosi ke Seri A. Setelah sempat digantikan Alberto Zaccheroni, De Biasi kembali di pertengahan kompetisi untuk menyelamatkan El Toro dari degradasi.

Pada 2011, keputusan De Biasi menjadi pelatih timnas Albania menjadi titik balik dalam kariernya. Setelah dua tahun melatih Udinese tanpa hasil, Federasi Sepak Bola Albania menawarinya tantangan untuk menduduki kursi pelatih.

“Pada akhirnya, saya tidak berpikir panjang untuk mengambil kesempatan ini karena saya merasa pekerjaan ini bisa menjadi petualangan baru.”

Salah satu langkah yang dilakukannya ialah mencari pemain-pemain keturunan Albania-Kosovo untuk membela timnas. Keberadaan Etrit Berisha, Migjen Basha, dan Mergrim Mavraj menjadi gambarannya. Baginya, sepak bola tak hanya sekadar persoalan taknis, tapi juga psikologis tim dan individu. Ia pun berusaha untuk mendekati pemain secara personal agar lebih mudah memecahkan masalah.

Sebelum laga kualifikasi di Serbia, misalnya, De Biasi terlebih dahulu menguatkan mental para pemainnya. Pasalnya, sebagian besar dari mereka trauma dengan perang Serbia-Kosovo yang merenggut beberapa anggota keluarga. “Saya paham sulit bagi mereka berada di Belgrade. Beberapa dari mereka mengaku kehilangan anggota keluarga saat perang,” ucapnya. (AFP/UEFA/Mag/R-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya