Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Mengenang Kembali Skuat Ajax di Final Liga Champions 1995

Panji Arimurti
10/3/2016 16:42
Mengenang Kembali Skuat Ajax di Final Liga Champions 1995
(The Sun/Gety Images)

PADA 24 Mei 1995, skuat muda Ajax Amsterdam membuat kejutan dengan tampil menjadi juara Liga Champions 1995. Bermaterikan pemain-pemain didikan akademi dengan usia rata-rata 23 tahun, Ajax menjadi juara usai menundukkan raksasa Italia AC Milan 1-0 pada final yang digelar di Stadion Ernst-Happel, Wina, Austria.

Skuat muda yang dilatih Louis Van Gaal tersebut mempersembahkan trofi keempat Liga Champions untuk Ajax Amsterdam, setelah mereka meraihnya pada 1971, 1972, dan 1973. Keberhasilan menjuarai Liga Champions langsung membuat skuat muda Ajax tersebut menjadi incaran klub-klub besar Eropa.

Untuk mengingat kembali kisah yang sudah hampir 21 tahun tersebut, berikut ini catatan perjalanan karier anak-anak muda De Godenzonen yang tampil pada malam final di Wina tersebut.


Kiper
1. Edwin Van der Sar

Setelah tampil bagus di laga final, Van der Sar langsung masuk ke jajaran top kiper dunia. Dengan usianya yang baru 25 tahun saat itu, kiper dengan tinggi 1,97 meter tersebut digadang-gadang akan menjadi pengganti Peter Schmeichel di Manchester United. Namun, hingga akhirnya keluar dari Ajax pada 1999, Van der Sar justru berlabuh ke raksasa Italia Juventus.

Karier Van der Sar bersama Juve ternyata kurang cemerlang. Hanya bermain selama dua musim (1999-2001), pemain kelahiran 29 Oktober 1970 tersebut hijrah ke Liga Primer Inggris bersama Fulham (2001-2005) sebelum akhirnya bergabung bersama MU tahun 2005 hingga 2011.

Bersama MU, Van der Sar tampil gemilang dan menjadi salah satu pemain pujaan publik Old Trafford. Enam musim bersama Setan Merah, Van der Sar mempersembahkan empat gelar Liga Primer dan satu Liga Champions pada 2008, yang menjadi gelar Liga Champions keduanya.

Setelah sempat pensiun pada 2011, Van der Sar sempat mengisi jabatan sebagai direktur pemasaraan di Ajax Amsterdam. Namun pengumuman mengejutkan dibuat Van der Sar baru-baru ini dengan memutuskan merumput kembali bersama VV Noordwijk, salah satu klub amatir di Belanda.


Bek
2. Michael Reiziger

Dua klub besar langsung menjadi pelabuhan berikutnya bagi Reiziger setelah musim 1996 berkahir. Setelah satu musim bergabung bersama AC Milan (1996-1997), pemain yang berposisi sebagai bek sayap tersebut langsung digaet raksasa Spanyol Barcelona selama tujuh musim (1997-2004).

Bersama Barcelona, pemain kelahiran 3 Mei 1973 tersebut turut mempersembahkan sejumlah gelar seperti Piala Super 1997, La Liga Spanyol, 1998 dan 1999, serta Copa del Rey 1998.

Setelah petualangannya bersama Barcelona, Reiziger bergabung bersama Middlesbrough di Liga Primer Inggris pada 2004. Satu musim bersama Middlesbrough Reiziger kembali lagi ke Belanda dengan bergabung bersama PSV Eindhoven pada 2005 hingga akhirnya pensiun pada 2007.

3. Danny Blind
Tidak banyak cerita dalam perjalanan karier pemain yang menjadi kapten Ajax pada laga final tersebut. Setelah pensiun pada 1999, Danny Blind sempat vakum selama 6 tahun dan baru kembali lagi ke lapangan hijau dengan menjadi pelatih Ajax pada 2005 hingga 2006. Pada 2009-2011, ayah dari bek Manchester United Daley Blind tersebut kembali lagi ke Ajax namun kala itu hanya menjadi asisten pelatih.

Pada 2012 federasi sepak bola Belanda menarik Blind masuk ke timnas dengan menjadi asisten pelatih. Dan pada 2015, pemain yang berposisi sebagai bek tengah tersebut resmi menjadi pelatih utama tim Oranye. Namun sayangnya, di awal kepemimpinannya, Blind gagal meloloskan Belanda ke putaran final Piala Eropa 2016.

4. Frank Rijkaard
Salah satu legenda Belanda ini langsung pensiun usai laga final. Trofi Liga Championsnya bersama Ajax menjadi trOfi ketiganya setelah dua sebelumnya ia raih bersama AC Milan. Setelah tiga tahun pensiun, Rijkaard langsung diminta melatih timnas Belanda pada 1998 hingga piala Eropa 2000.

Pada 2001-2002 ia memulai karier kepelatihannya di level klub bersama Sparta Rotterdam. Sebelum kemudian meraih kesuksesan bersama Barcelona selama lima musim kepemimpinannya di Nou Camp mulai 2003-2008.

Seusai memberi dua gelar La Liga dan satu gelar Liga Champions untuk Barcelona, Rijkaaard melatih klub Turki Galatasaray (2009-2010) sebelum melatih timnas Arab Saudi pada 2001-2013.

5. Frank de Boer
Sama seperti Van der Sar, Frank de Boer juga keluar dari Ajax pada 1999, dengan bergabung bersama Barcelona. Empat musim bersama Barcelona (1999-2003), bek sayap ini bermain di Galatasaray, Glasgow Rangers, sebelum akhirnya pensiun di Liga Qatar bersama Al Rayyan dan Al Shamal pada 2006.

Pada 2007 Frank de Boer memulai karier kepelatihannya dengan menjadi pelatih Ajax junior. Pada 2008-2010 dirinya ditarik menjadi asisten pelatih timnas Belanda, dan dilanjutkan dengan menjadi pelatih utama Ajax pada 2010 hingga sekarang. Selama menukangi Ajax, Frank de Boer telah mempersembahkan empat gelar Eredivisie.


Gelandang
6. Clarence Seedorf

Namanya disebut sebagai pemain tersukses dari seluruh skuat Ajax di final 1995. Dia menjadi pemain pertama yang berhasil menjuarai gelar Liga Champions dari tiga klub yang berbeda, Ajax (1995), Real Madrid (1998), dan AC Milan (2003 dan 2007).

Setelah pensiun dari Milan pada 2012, Seedorf bermain di Liga Brasil bersama Botafogo. Pada 2014 dia diangkat menjadi pelatih Milan, namun sayangnya karier kepelatihannya tidak mulus dan digantikan oleh mantan rekannya di Milan Filippo Inzaghi.

8. Edgar Davids
Sama seperti Reiziger, Edgar Davids juga langsung bergabung bersama AC Milan selepas musim 1996. Dan sama pula seperti Reiziger, geladang bertahan ini juga hanya satu musim (1996-1997) bersama Milan, sebelum pindah ke klub Italia lainnya Juventus pada 1997-2004.

Setelah petualangannya di Italia, pemain yang penampilannya terkenal khas dengan kacamata tersebut bermain ke sejumlah klub seperti Barcelona, Inter Milan, Tottenham Hotspurs, Ajax, Crystal Palace, dan klub divisi dua Barnet sebelum akhirnya pensiun pada 2014.

10. Jari Litmanen
Pemain asal Finlandia ini merupakan bintang sekaligus pemain kunci Ajax hingga sukses meraih gelar Liga Champions 1995. Berposisi sebagai gelandang serang, Litmanen merupakan nyawa utama dari lini tengah Ajax. Pada 1995, namanya berada di urutan ketiga peraih Ballon d’Or, di belakang George Weah, dan Jurgen Klinsmann.

Sama seperti kebanyakan rekan setim lainnya, selepas Ajax, Litmanen juga pindah ke Barcelona pada 1999. Dia kemudian juga bergabung bersama Liverpool pada 2001, di mana dia turut membantu klub tersebut meraih Piala FA, Piala Liga, dan Piala UEFA.

Hanya satu musim, Litmanen meninggalkan Liverpool dan kemudian bergabung bersama tujuh klub lainnya, termasuk kembali ke Ajax, sebelum pensiun pada 2011. Kesuksesan Litmanen di level klub menjadikannya menjadi pemain terbesar Finlandia sepanjang masa.


Penyerang
7. Finidi George

Selepas meninggalkan Ajax pada 1996, Finidi George menghabiskan empat musim bersama Real Betis (1996-2003) dan satu satu musim bersama Mallorca (2000-2001) di Liga Spanyol. Pada 2001-2003, pemain asal Nigeria tersebut bermain di Inggris bersama klub promosi Ipswich Town, sebelum kembali lagi bersama Mallorca pada 2014 hingga pensiun di tahun yang sama.

11. Marc Overmars
Salah satu pemain sayap tercepat ini pindah ke Arsenal pada 1997, di mana dia menjadi bagian kesuksesan klub asal London tersebut dibawah Arsene Wenger. Tiga musim di Arsenal (1997-2000) Overmars turut menyumbangkan double winner, Liga Primer dan Piala FA 1998 untuk The Gunners, serta satu piala Community Shield.

Sama seperti rekan-rekannya di Ajax, Overmars kemudian pindah ke Barcelona pada tahun 2000. Empat musim bersama Barcelona, Overmars tidak mampu mempersembahkan satu trofi pun untuk klub Catalan tersebut. Hingga keluar dari Barcelona pada 2004, Overmars tidak mempunyai klub. Dan baru pada 2008 dia merumput lagi dengan bergabung bersama asal negaranya Go Ahead Eagles selama satu musim sebelum pensiun pada 2009. Saat ini Overmars bergabung kembali Ajax dengan jabatan sebagai direktur sepak bola Ajax.

9. Ronald de Boer
Pada final di Wina, saudara kembar Frank de BOer ini bermain sebagai penyerang tunggal di lini depan Ajax. Dan selepas dari ajax pada 1999, karier klub Ronald hampir sama dengan Frank. Setelah ke Barcelona, Ronald bergabung ke Glasgow Rangers, sebelum akhirnya pensiun di Liga Qatar bersama Al Rayyan dan Al Shamal pada 2008.


Pemain Pengganti
14. Nwankwo Kanu

Pemain asal Nigeria ini masuk menggantikan Clarence Seedorf di menit ke-53. Berbeda dengan rekan-rekan setimnya di yang lebih memilih AC Milan selepas meninggalkan Ajax, Kanu justru bergabung dengan rival Rossonerri, Inter Milan pada 1996.

Bersama Inter, penyerang jangkung ini turut mempersembahkan Piala UEFA pada 1998. Pada 1999, Kanu bergabung bersama Arsenal dan meriah kesuksesan di klub tersebut. Dua gelar Liga Primer (2002 dan 2004), dua Piala FA (2002 dan 2003), serta satu Piala Community Shield (1999) berhasil dipersembahkan Kanu untuk The Gunners. Dia juga menjadi bagian skuat Arsenal saat klub tersebut tidak terkalahkan selama satu musim pada 2004.

Selepas Arsenal, Kanu bergabung dengan West Bromwich Albion pada 2004-2006, dan Portsmouth (2006-2012). Di Portsmouth, Kanu menyumbangkan gol kemenangan pada final Piala FA 2008.

15. Patrick Kluivert
Masuk menggantikan Jari Litmanen pada menit ke-70, Patrick Kluivert yang saat itu baru berusia 19 tahun menjadi penentu kemenangan Ajax lewat gol tunggalnya di masa injury time atau 15 menit setelah turun ke lapangan. Namanya kemudian masuk nominasi Ballon d’Or 1995 walau akhirnya hanya berada di urutan kelima.

Sempat satu musim bersama AC Milan (1997-1998), Kluivert kemudian bergabung bersama Barcelona pada 1998-2004. Selepas Barcelona, Kluivert bergabung bersama Newcastle dan kemudian Valencia, PSV, serta Lille sebelum pensiun pada 2008 di usia yang masih cukup muda, 32 tahun.(Berbagai sumber/OL-06)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik