Headline

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia

Fokus

MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan

Fernando Santos Jalan Hidup yang Bercabang

(FIFA/AFP/Sat/R-1)
12/5/2018 02:20
Fernando Santos Jalan Hidup yang Bercabang
(AFP PHOTO / FRANCISCO LEONG)

KARIER pelatih timnas Portugal Fernando Santos sempat menemui jalan bercabang. Pelatih kelahiran Lisbon itu gundah akan masa depannya sebagai pelatih. Ia lantas membulatkan tekad untuk berhenti dari dunia yang sempat dicicipi selama enam tahun bersama Estoril. Momen itu terjadi pada 1994.

Santos memutuskan untuk menjadi insinyur. Tidak main-main, ia meneruskan cita-cita akademisnya menjadi ahli teknik elektro dan telekomunikasi. Beberapa bulan setelahnya, Santos mendapatkan telepon dari manajemen klub Liga Primeira Portugal Estrela da Amadora, bukan sebagai seorang teknisi, melainkan sebagai pelatih kembali.

Seketika Santos menjilat ludahnya sendiri. Ia memutar kemudinya dan berbalik arah. Dua dekade setelahnya, Santos membuktikan diri pilihannya tidak salah. Pelatih 63 tahun ini akhirnya menapaki puncak tertinggi kariernya. Ia mempersembahkan prestasi yang luar biasa bagi Portugal, yakni juara Euro 2016, gelar yang baru kali pertama diraih pasukan Selecao das Quinas, julukan timnas Portugal.

Cerita manis Santos berlanjut karena ia terpilih menjadi salah satu dari tiga kandidat pelatih terbaik dunia pada 2016. Namanya beriringan dengan pelatih-pelatih lain sensasional, yakni Claudio Ranieri yang membawa Leicester City juara Liga Primer Inggris dan pelatih debutan Zinedine Zidane.

Santos merupakan sosok yang serius dan jarang melempar senyuman. Ia juga penganut taat Katolik. Eks pelatih FC Porto ini selalu membawa salib di sakunya selama lebih dari 20 tahun. Fernando Manuel Fernandes da Costa Santos telah mengenal sepak bola sejak masih balita. Ia baru berusia dua bulan ketika dibawa orangtuanya menghadiri pembukaan Estadio da Luz di Benfica.

Setelah Euro 2016 Prancis, Santos dipastikan ingin mengulang prestasi yang sama di Rusia, yaitu mengangkat trofi juara. Jika dia bisa melakukannya, itu akan menjadi penutup manis kariernya sebagai pelatih. (FIFA/AFP/Sat/R-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik