Headline
DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.
DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.
NAPOLI memenangi pertandingan saat melawat ke Ezio Scida markas Crotone dalam lanjutan Seri A Liga Italia, Sabtu (30/12) dini hari. Tiga poin tambahan pun memastikan tim yang memiliki julukan Il Partenopei julukan Napoli ini menjadi juara paruh musim di kompetisi domestik. Napoli tercatat mengoleksi 48 poin yang tidak akan mungkin dilampaui pesaing terdekat mereka, Juventus. Akan tetapi, keberhasilan ini tidak sepenuhnya direspons dengan sukacita. Malah bayangan kegagalan lebih kental menyambangi tim asuhan Maurizio Sarri itu.
Hal itu tidak terlepas dari pengalaman buruk dua musim lalu. Saat itu, Napoli yang menjadi juara paruh musim harus rela melepas singgasana kepada Juventus yang menjadi kampiun di akhir musim. Kegagalan satu-satunya bagi tim yang berstatus juara paruh musim dalam 13 tahun terakhir. Napoli tentu tidak mengharapkannya catatan sejarah tersebut terulang. Gelandang Allan memilih berpikir positif akan kemampuan tim yang dibelanya tersebut. Apalagi situasi serupa pada musim 1989-1990 berakhir dengan cerita yang manis. Pada momen tersebut, Napoli juga memastikan juara paruh musim, sebelum menjadi juara Seri A berkat keunggulan 2 poin atas AC Milan.
“Tujuan kami tanpa diragukan lagi ialah scudetto. Kami tampil baik di setengah musim dan kami tidak seharusnya berhenti. Kami harus tetap bekerja keras untuk terus berada di puncak klasemen,” jelas pemain asal Brasil itu. Di pihak lain, Crotone merasa dirugikan dengan hasil akhir dalam pertandingan tersebut. Menurut Direktur Umum Crotone Raffaele Vrenna, hasil ini merupakan skandal besar. Kapten Napoli Marek Hamsik mencetak gol pembuka pada menit ke-17 dengan sepakan dari dalam kotak penalti. Skor 1-0 akhirnya bertahan hingga pertandingan usai.
Namun, keputusan wasit tidak memberikan hadiah penalti atas handball Dries Mertens di menit ke-65 menjadi momen yang dipermasalahkan. Padahal, bola terlihat jelas mengenai tangan pemain asal Belgia itu. Vrenna pun mengungkit penggunaan teknologi video assistant referee (VAR) yang saat ini belum digunakan di kompetisi Italia. “Melihat ada pelanggaran penalti, jelas bukan skandal kecil. Ada handball dari Mertens dan pelanggaran dari Federico Ceccherini,” jelas Vrenna. (AFP/Sat/R-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved