RASULULLAH SAW bersabda, "Bersegeralah kalian mengerjakan amal-amal saleh sebelum terjadi fitnah (bencana) yang menyerupai kepingan-kepingan malam gelap gulita, yaitu seseorang di waktu pagi beriman, tetapi pada waktu sore ia telah kafir atau pada waktu sore ia beriman dan pada pagi harinya ia telah kafir. Ia rela menjual agamanya dengan secuil keuntungan dunia" (HR Muslim).
Dalam hadis itu Rasulullah SAW mendorong kita agar segera beramal sebelum datangnya fitnah. Ketika fitnah tiba, kelam seperti malam, orang susah membedakan yang benar dan salah, seseorang tidak akan pernah bisa berbuat baik.
Boleh jadi pada saat itu seseorang di pagi harinya masih beriman, tetapi pada sore harinya tiba-tiba menjadi kafir. Atau sebaliknya, sore harinya masih beriman, tetapi pada pagi harinya tiba-tiba menjadi kafir. Agama pada hari itu benar-benar tidak ada harganya. Mereka menjual agama dengan kehidupan dunia.
Hadis tersebut serasa menyindir kehidupan keagamaan kita sekarang, yakni banyak manusia sudah tidak ajek lagi dalam beragama. Mereka beragama dengan muka ganda, kadang mereka saleh, tetapi terkadang mereka menjelma menjadi manusia serakah dan tidak mengenal belas kasih.
Beragama lebih menekankan kepada formalisme kognisi jika dibandingkan dengan keadaban tata perilaku. Kuat dalam ritual, tetapi lemah dalam relasi sosial, termasuk kurang bagus dalam moralitas dan kepribadian sehingga kehilangan keteladanan dan tidak menjadi uswah hasanah.
Keadaan seperti tersebut di atas tidak lepas dari pengaruh perubahan zaman yang sangat dahsyat yang menimpa di semua aspek kehidupan. Seperti yang diketahui bersama bahwa sejak awal tahun 2000, keadaan zaman mengalami perubahan sangat cepat menyangkut segala aspek kehidupan manusia. Bukan hanya di Indonesia, tetapi hampir meliputi seluruh dunia, bukan hanya pada aspek komunikasi, tetapi menyangkut ekonomi, politik, gaya hidup, termasuk keberagamaan.
Dalam keadaan seperti tersebut di atas mungkin nasihat Rasulullah SAW kepada Muaz bin Jabal RA bisa menjadi pedoman dasar dalam beragama pada masa sekarang. Inti pesan Nabi SAW agar Muaz selalu beristikamah dalam mengarungi kehidupan yang penuh gejolak dan perubahan. Sabda beliau ialah, “Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada atau dalam keadaan apa pun juga. Ikutilah keburukan dengan kebaikan maka keburukan itu akan terhapuskan. Dan bergaulah dengan manusia dengan memakai akhlak yang baik.” (HR Attarmidzi)
Istikamah dalam beriman dan bertakwa kepada Allah sangat diperlukan di tengah ketidakpastian dan gejolak perubahan. Jika tidak ajek dan tidak kukuh pengkuh dalam beragama niscaya manusia akan terbawa arus dan terombang-ambing keadaan zaman, seperti gambaran hadis di awal tulisan ini, yaitu menjadi beragama yang terbelah: seseorang di pagi harinya beriman sore harinya kafir atau sebaliknya di sore harinya beriman di pagi harinya kafir. Berani menjual kebenaran agama dengan kehidupan dunia seperti harta kekayaan dan jabatan.
Oleh karena itu, semoga puasa yang sedang kita jalani berdampak kepada istikamah dalam akidah, taat dalam beramal saleh dan mulia dalam berakhlak.