Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
IBADAH puasa mengingatkan manusia tentang pentingnya pendidikan dalam kehidupan. Puasa sendiri dinilai sebagai sarana pendidikan yang efektif dalam mengedukasi tentang kejujuran, menahan hawa nafsu, dan peduli sesama.
“Manusia membutuhkan pendidikan yang memiliki daya tarik. Puasa merupakan salah satunya,” ujar Prof Abudin Nata dalam ceramahnya di Masjid Istiqlal Jakarta, Sabtu (9/6).
Puasa merupakan ibadah yang diawasi langsung oleh Allah SWT. Perintah puasa dalam Alquran juga terkonsentrasi dalam satu surah, Al-Baqarah ayat 183-187. “Ini unik karena hanya puasa ibadah wajib yang hanya disebutkan terpusat di satu surah,” ujar Abudin.
Hal itu berbeda dengan ibadah lain seperti salat dan zakat yang berkali-kali disebutkan Allah dalam berbagai surah dalam Alquran. Meski begitu, ibadah puasa tetap menjadi perintah Allah yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Itu pula yang membuat puasa dari awalnya dipandang sebagai perintah Allah yang unik, memiliki nilai kepentingan dan manfaat yang tinggi. Puasa disebut sebagai bagian dari pendidikan Allah yang tampak.
“Pengaruh dan manfaatnya begitu terasa dalam kehidupan manusia ketika puasa dilaksanakan. Bukan hanya teori,” kata Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah itu.
Allah memantau langsung pelaksanaan puasa membuat proses tersebut semakin berarti bagi setiap manusia. Karena itu, puasa menjadi salah satu metode pendidikan menahan hawa nafsu dan melatih kejujuran yang ampuh.
“Ketika puasa, manusia akan dibuat merasa lebih dekat dan diawasi Allah sehingga enggan berbuat sesuatu yang bukan kebaikan,” ungkapnya.
Puasa membuat manusia teringat akan Allah. Seseorang yang berpuasa akan menggiring dirinya sendiri ke arah kebaikan. Faktor-faktor tersebut menjadikan puasa sebagai salah satu sarana pendidikan yang manjur.
“Dengan puasa, manusia juga dididik berbagi setelah merasakan apa yang dirasakan orang miskin setiap hari, yakni rasa lapar dan haus, untuk kemudian memperbesar kepedulian kepada mereka.”
Zakat fitrah
Hal senada juga disampaikan Sekretaris Takmir Masjid Baitut Tholibin di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Jakarta, Khamim. Puasa melatih kecerdasan sosial. Terlebih, puasa Ramadan dirangkai dengan pelaksanan zakat fitrah.
Khamim mengutarakan sebuah hadis Nabi menyebutkan tidak akan diterima amal ibadah puasa Ramadan yang wajib dilaksanakan sebulan lamanya jika mereka yang berpuasa belum membayar zakat fitrah.
“Nah, ajaran zakat fitrah, kendati hitungannya secara nominal kecil, mengandung hikmah kepedulian sosial kepada sesama yang kurang mampu. Zakat fitrah bisa menjadi pemberdaya ekonomi rakyat,” kata Khamim pada tausiah Ramadan di Masjid Baitut Tholibin Kemendikbud beberapa waktu lalu.
Dengan puasa dan zakat, lanjut peraih doktor pendidikan di Universitas Negeri Jakarta itu, ajaran Islam menjaga keseimbangan manusia dalam berhubungan vertikal dengan Allah dan hubungan horizontal dengan sesama manusia.
“Kecerdasan sosial kita diasah melalui ibadah puasa. Dengan begitu, seharusnya, tidak ada orang muslim yang tega menyakiti orang lain, apalagi membunuh,” cetusnya.
Terkait dengan 10 hari terakhir Ramadan, Khamim menganjurkan kaum muslim untuk mengejar keberkahan lailatulkadar. Hadis Nabi menjelaskan kesempatan itu ada pada malam-malam ganjil di 10 malam terakhir Ramadan.
“Pemberian lailatulkadar ialah hak prerogatif Allah. Jika kita menjalankan semua ibadah dengan sungguh-sungguh, insya Allah akan meraihnya,” imbuhnya. (Bay/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved