Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Optimalkan Waktu agar tidak Merugi

Putri Rosmalia Octaviyani
05/6/2018 06:52
Optimalkan Waktu agar tidak Merugi
(MI/Adam Dwi)

KEHIDUPAN manusia ada dalam lingkup waktu. Waktu yang telah berlalu, saat ini, dan yang akan datang. Dalam lingkup waktu itu manusia beraktivitas, beristirahat, dan beribadah.

Begitu pentingnya waktu, Allah SWT sampai bersumpah ‘demi waktu’ dalam empat surah dalam Alquran. Pertama, Allah bersumpah dalam Surah Al Fajr, demi waktu fajar. Dalam surah itu Allah memberikan waktu kepada manusia untuk digunakan sebanyak-banyaknya untuk berpikir, merenung, dan merencanakan apa yang akan dilakukan.

Waktu fajar diibaratkan sebagai masa muda. Masa ketika manusia harus belajar, giat menuntut ilmu, agar kelak saat dewasa bisa produktif berkarya.

Selanjutnya Allah bersumpah demi waktu duha dalam Surah Ad Duha. Waktu duha dimulai pagi hari saat matahari naik sepenggalah dengan warna yang cerah sampai sebelum zuhur. Dalam Surah Ad Duha itu Allah memerintahkan manusia untuk berkarya dan berbagi dengan sesama.

“Jika di waktu fajar (masa muda) kita tidak berencana, tidak belajar, maka di waktu duha (saat dewasa) kita tidak akan bisa berbagi karena kita pun tidak bisa untuk membiayai diri,” ujar Ustaz Wahidin Saputra, dalam ceramahnya di Masjid Agung Al Azhar, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Kemudian, Allah bersumpah dalam Surah Al Ashr, demi waktu asar. Dalam surah itu Allah menegaskan seluruh manusia merugi karena menyia-nyiakan waktu fajar atau masa muda. Akibatnya, di waktu duha (usia produktif) ia tidak bisa berkarya sehingga di waktu asar pun ia akan merugi.

Terakhir yang keempat, Allah bersumpah pada Surah Al Lail, demi waktu malam. Filosofinya, ketika manusia di waktu fajar atau masa muda belajar, di waktu duha atau usia produktif manusia bisa bekerja dan berbagi, di waktu asar atau masa ia tidak akan merugi. Terakhir, di waktu malam atau sesudah meninggal, manusia itu akan dapat ‘tidur’ dengan nyenyak atau tenang.

“Ketika kita meninggal, kita meninggal dengan tersenyum karena karya yang telah kita ukir sepanjang waktu kehidupan itu,” ujar Wahidin yang juga dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, itu.

Empat golongan
Jadi, bagaimana agar manusia tidak merugi dalam perputaran waktu? Allah SWT telah memberikan resep, solusi bagi manusia mengenai hal itu.

Dalam Surah Al Ashr disebutkan, sesungguhnya seluruh manusia dalam keadaan merugi, kecuali empat golongan.

Pertama ialah mereka yang senantiasa meningkatkan kualitas iman karena orang yang beriman hidupnya akan terasa aman. Kedua, orang-orang yang senantiasa meningkatkan kualitas amal saleh.

Ketiga, mereka yang selalu saling menasihati tentang kebenaran, yaitu kebenaran yang diturunkan Allah SWT melalui Alquran. Keempat, mereka yang selalu saling menasihati dalam mengamalkan sikap sabar.

“Keempat hal itu harus ditanamkan dan dijalankan manusia secara utuh agar tidak merugi dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Apabila keempat hal itu dapat berjalan beriringan, sesungguhnya manusia tidak akan masuk ke dalam orang-orang yang merugi,” terang Wahidin.

Iman, amal saleh, kebenaran, dan kesabaran merupakan empat hal yang bisa menolong manusia, baik di dunia maupun akhirat. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya