Pemimpin Pembawa Petaka

TIBA-TIBA Nasruddin diajak Timur Lenk untuk mengikuti perjalanannya mengunjungi beberapa daerah. Kunjungan itu dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kepatuhan mereka terhadap Timur Lenk, yang dikenal sebagai penguasa lalim itu.

Di suatu hari mereka mengunjungi suatu desa yang pada saat itu dilanda gempa bumi. Beberapa rumah ambruk dan menimpa penghuninya sampai mati. Melihat kejadian itu Timur Lenk tertawa terbahak-bahak, lalu berkata: "Mengapa kalian biarkan rumah itu menimpa mereka?”

Di hari lainnya di desa lain, air bah turun menghajar desa yang menyebabkan banyak rumah rusak dan orang yang mati. Bagi Timur Lenk, kejadian itu seakan merupakan peristiwa yang lucu dan ia berkata, “Mengapa mereka tidak mengalihkan arah air itu?”

Di tempat selanjutnya, ketika mereka tiba, mereka mendapat laporan bahwa ada sapi mengamuk dan menelan banyak korban jiwa. Mendengar laporan itu Timur Lenk pun tertawa terbahak-bahak, lalu mengatakan, “Sapi itu patut menjadi pasukanku!”.

Melihat perilaku sang tiran yang rupanya pencinta komedi slapstick, Nasruddin pun tidak tahan. Lalu, ia menghadap penguasa.

“Paduka! Tampaknya kebahagiaan selalu menyertai paduka ke mana pun pergi dan burung nasar (burung pemakan bangkai) selalu menyertai paduka ke mana pun paduka pergi. Setiap matahari terbit, selalu ada saja peristiwa yang membuat paduka bahagia. Saya mohon perjalanan paduka tak usah dilanjutkan saja. Saya khawatir bila perjalanan ini diteruskan, warga dan negeri ini bakal hancur," ujar Nasruddin.

Mendengar anjuran Nasruddin itu Timur Lenk juga tertawa terbahak-bahak. "Dasar penguasa zalim," gerutu Nasruddin.

Sumber: 360 Cerita Jenaka Nasruddin Hoja, Penulis Irwan Winardi, Tahun Terbit 2001