DERETAN kuburan tua yang berada di Desa Aek Dakka, Barus, Sumatra Utara, sering dikunjungi para pejabat tinggi negara. Di situ terdapat kompleks Makam Mahligai, merupakan suatu tempat yang banyak terdapat makam tua sekitar 215 pasang nisan. Lokasinya berada di atas bukit.
Nama Makam Mahligai berasal dari kata ‘mahligai’ yang artinya istana kecil, pada zaman dahulu. Menurut sejarah, pada masa Khalifah Umar bin Khattab, banyak utusan khalifah dan saudagar Arab, terutama dari Yaman melakukan ekspansi ke Asia. Kala itu wilayah Barus menjadi tempat singgah karena posisinya berhadapan langsung dengan samudra lepas.
Para saudagar Arab, Yordania, Yaman, Persia, dan Hindia banyak melakukan pelayaran ke daerah ini untuk kepentingan bisnis rempah-rempah dan membeli kapur barus.
Sementara itu, para ulama yang merupakan utusan khalifah menginjakkan kaki mereka ke Barus untuk mulai menyebarkan Islam di Indonesia. Tak mengherankan jika di kawasan Barus terdapat banyak makam ulama. Kota Barus berjarak sekitar 290 kilometer dari Kota Medan.
Di Makam Mahligai, yang luasnya mencapai 3 hektare ini juga terdapat makam Syech Imam Khotil Muazamsyah Biktibai, Syech Samsuddin Min Biladil Fansury (dari negeri Fansyuri), dan Syech Zainal Abidin, Syech Ilyas, Syech Samsuddin, serta makam-makam lain pengikutnya.
Permakaman Mahligai Barus ini dikenal bukan sekadar objek wisata sejarah dan religi. Ia juga menjadi penanda bahwa hubungan antara Indonesia dan Timur Tengah sudah berlangsung sejak abad ke-6.
Satu nisan di permakaman Mahligai ini bertuliskan ‘Syekh Rukunuddin, wafat tahun 672 M atau 48 H’. Itu baru seabad setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Itulah sebabnya, pada 2017 Presiden Jokowi, dalam kunjungan ke Sumatra Utara, meresmikan satu tugu di Barus yang disebutnya sebagai Tugu Titik Nol Pusat Peradaban Islam Nusantara.
Dari titik ini, Presiden Jokowi menitipkan harapan agar para ulama di Sumatra Utara terus menyebarkan ajaran agama Islam yang rahmatan lil alamin sehingga masyarakat Indonesia dapat memandang perbedaan yang ada sebagai sebuah kekuatan untuk menjaga persatuan dan kesatuan Tanah Air.
Menjaga kerukunan antarsuku dan antarpemeluk agama sangat penting mengingat bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku dan agama.
Bahkan, memasuki Ramadan 1444 H, Wakil Presiden Ma'ruf Amin berziarah ke kompleks makam Islam tua Mahligai, memimpin tahlil, dan doa dengan khidmat untuk keselamatan bangsa Indonesia. (Sto/H-2)