Titik Nol Pusat Peradaban Islam Nusantara

Sto/H-2
26/3/2023 05:15
Titik Nol Pusat Peradaban Islam Nusantara
Permakaman Mahligai Barus(MI)

DERETAN kuburan tua yang berada di Desa Aek Dakka, Barus, Sumatra Utara, sering dikunjungi para pejabat tinggi negara. Di situ terdapat kompleks Makam Mahligai, merupakan suatu tempat yang banyak terdapat makam tua sekitar 215 pasang nisan. Lokasinya berada di atas bukit.

Nama Makam Mahligai berasal dari kata ‘mahligai’ yang artinya istana kecil, pada zaman dahulu. Menurut sejarah, pada masa Khalifah Umar bin Khattab, banyak utusan khalifah dan saudagar Arab, terutama dari Yaman melakukan ekspansi ke Asia. Kala itu wilayah Barus menjadi tempat singgah karena posisinya berhadapan langsung dengan samudra lepas.

Para saudagar Arab, Yordania, Yaman, Persia, dan Hindia banyak melakukan pelayaran ke daerah ini untuk kepentingan bisnis rempah-rempah dan membeli kapur barus.

Sementara itu, para ulama yang merupakan utusan khalifah menginjakkan kaki mereka ke Barus untuk mulai menyebarkan Islam di Indonesia. Tak mengherankan jika di kawasan Barus terdapat banyak makam ulama. Kota Barus berjarak sekitar 290 kilometer dari Kota Medan.

Di Makam Mahligai, yang luasnya mencapai 3 hektare ini juga terdapat makam Syech Imam Khotil Muazamsyah Biktibai, Syech Samsuddin Min Biladil Fansury (dari negeri Fansyuri), dan Syech Zainal Abidin, Syech Ilyas, Syech Samsuddin, serta makam-makam lain pengikutnya.

Permakaman Mahligai Barus ini dikenal bukan sekadar objek wisata sejarah dan religi. Ia juga menjadi penanda bahwa hubungan antara Indonesia dan Timur Tengah sudah berlangsung sejak abad ke-6.

Satu nisan di permakaman Mahligai ini bertuliskan ‘Syekh Rukunuddin, wafat tahun 672 M atau 48 H’. Itu baru seabad setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Itulah sebabnya, pada 2017 Presiden Jokowi, dalam kunjungan ke Sumatra Utara, meresmikan satu tugu di Barus yang disebutnya sebagai Tugu Titik Nol Pusat Peradaban Islam Nusantara.

Dari titik ini, Presiden Jokowi menitipkan harapan agar para ulama di Sumatra Utara terus menyebarkan ajaran agama Islam yang rahmatan lil alamin sehingga masyarakat Indonesia dapat memandang perbedaan yang ada sebagai sebuah kekuatan untuk menjaga persatuan dan kesatuan Tanah Air.

Menjaga kerukunan antarsuku dan antarpemeluk agama sangat penting mengingat bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku dan agama.

Bahkan, memasuki Ramadan 1444 H, Wakil Presiden Ma'ruf Amin berziarah ke kompleks makam Islam tua Mahligai, memimpin tahlil, dan doa dengan khidmat untuk keselamatan bangsa Indonesia. (Sto/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
  • Marhaban Ya Ramadan, Kesempatan untuk Beramal

    01/4/2022 17:12

    BULAN suci Ramadan harus disambut dengan sukacita dan rasa syukur yang besar

  • Bulan Suci Penuh Ampunan

    01/4/2022 17:12

    BULAN Ramadan merupakan bulan yang berbeda dengan bulan-bulan yang lainnya.

  • Menjadi Orang Arif

    01/4/2022 17:12

    TERDAPAT dua pengetahuan yang sering dikonsumsi, yakni pengetahuan olahan batin yang disebut dengan kearifan dan pengetahuan yang diperoleh melalui nalar kemudian disebut dengan ilmu.

  • Jauhi Hal-Hal yang Batalkan Puasa

    01/4/2022 17:12

    UMAT muslim tentu tidak ingin kegiatan yang dilakukan sehari-hari justru membatalkan atau menggugurkan ibadah puasa Ramadan.

  • Puasa dan Toleransi Beragama

    01/4/2022 17:12

    TOLERANSI ialah nilai kemanusiaan dan semua orang membutuhkannya. Toleransi dibutuhkan karena setiap orang memiliki perbedaan-perbedaan.

  • Tobat Inabah dan Istijabah

    01/4/2022 17:12

    DALAM kehidupan, kita sering kali melakukan kesalahan dan dosa, tapi Allah SWT memberikan satu kesempatan untuk senantiasa bertobat.

Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah