Headline

KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.

Berharta, Utamakan Tolong Sesama

Fetry Wuryasti
18/6/2016 07:21
Berharta, Utamakan Tolong Sesama
(ANTARA/Prasetia Fauzani)

SUDAH seharusnya manusia bekerja dan berusaha untuk memperoleh harta, baik berupa uang maupun barang, guna memenuhi kebutuhan hidup.

Usaha yang bersifat investasi juga sangat diperbolehkan dalam Islam.

Namun, ada ketentuan-ketentuan agama yang harus diikuti agar usaha yang dijalankan membawa berkah.

"Dalam Islam, berinvestasi diperbolehkan selama kita juga dapat menolong sesama," ujar Ustaz Yuke Sumeru saat memberikan tausiah dalam acara Bincang Ramadan yang digelar PP Properti dan Majalah Noor di Tangerang, Banten, Rabu (15/6) petang.

Lebih lanjut Yuke menjelaskan, dalam Surah An-Nisa ayat 144 Allah berfirman, "Hai orang-orang beriman, janganlah kamu saling memakan satu sama lain, mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)."

Maksud ayat tersebut, kata Yuke, ialah dalam mencari penghasilan, kita tidak boleh merugikan orang lain.

Pun demikian dalam berinvestasi, seorang muslim perlu mempertimbangkan lebih dulu kebutuhan orang-orang sekitar, terutama sanak saudaranya.

"Misalnya, sebelum membeli rumah untuk tujuan investasi, perhatikan dulu saudara-saudara kita. Jika ada yang masih hidup melarat, lebih baik dananya digunakan untuk menolong mereka lebih dulu atau pinjamkan dulu rumah tersebut pada sanak saudara yang sungguh-sungguh membutuhkan. Sesungguhnya Islam itu berada di tengah antara membantu sesama dan menabung," paparnya.

Terlebih, dalam bulan Ramadan ini, sambung Yuke, beramal dengan menolong sesama jelas sangat diutamakan.

Selain itu, kata Yuke, kita harus memastikan dana yang kita pakai untuk menjalankan usaha berasal dari sumber-sumber yang halal.

Kejujuran mengenai kehalalan sumber dana yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan maupun untuk berinvestasi dalam sebuah usaha sangatlah penting.

Di akhirat kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban atas harta yang dimiliki di dunia.

Sebagaimana yang difirmankan Allah pada Surah At-Takatsur ayat 8,

"Kemudian pada hari itu (kiamat kelak) kamu benar-benar akan ditanya tentang kenikmatan (harta)."

Saat itu manusia, dalam hal ini terutama lelaki, akan diminta pertanggungjawaban atas tiga hal.

Sebagaimana dijelaskan dalam Hadis Tirmidzi tentang yaumul hisab.

Di akhirat nanti kaum laki-laki akan dimintai pertanggungjawaban atas istri, anak, dan hartanya.

Istri salihah

Dalil lain, yakni Alquran Surat An-Nisa ayat 34, juga menekankan besarnya tanggung jawab laki-laki atau suami.

Disebutkan lelaki ialah pemimpin kaum wanita.

"Sebagai pemimpin, seorang suami akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka yang dipimpin, yakni istri dan anak-anak mereka," lanjutnya.

Oleh karena itu, kata Yuke, penting bagi istri untuk memiliki sifat-sifat salihah.

Ia menyampaikan beberapa ciri wanita salihah, antara lain menjaga sopan santun dan menjalin komunikasi yang baik, misalnya, selalu mengabarkan di mana dirinya berada saat jauh dari suami.

"Terkait pengelolaan harta, seorang istri harus jujur, jangan sampai digunakan di jalan yang tidak benar karena kesalahan istri akan menjadi tanggung jawab suami. Begitu pula suami, harus yakin bahwa sumber harta mereka dari sesuatu yang halal."

(H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah