Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PETANG kemarin, matahari mulai bersembunyi di peraduannya. Suara-suara azan magrib berkumandang dari sejumlah masjid, termasuk dari sebuah masjid yang berada di pojok Jalan Paccinang Raya, Tello Baru, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, yaitu Masjid Alfatih Al Anshar.
Oleh warga setempat, masjid itu lebih dikenal dengan sebutan Masjid Kabah. Disebut demikian lantaran arsitekturnya memang menyerupai Kabah di Masjidil Haram, Mekah. Masjid itu tidak berkubah. Bentuknya kotak, ornamen-ornamennya juga menyerupai yang ada di Kabah. Bahkan, di salah satu sudutnya terdapat ornamen serupa hajar Aswad.
Saat memasuki masjid, kita akan dihadapkan pada interior yang megah dan mewah serta hiasan kaligrafi. Di lantai dua bagunan terdapat 'pohon' dengan 99 daun, sesuai dengan jumlah asmaul husna atau nama-nama suci Allah SWT.
Masjid tersebut tidak terlalu besar. Daya tampungnya hanya 150 jemaah. Lantai dua, selain diperuntukkan jemaah perempuan, juga digunakan untuk anak-anak belajar mengaji.
Sore itu, saat waktu berbuka puasa tiba, puluhan jemaah laki-laki di masjid itu diarahkan ke beranda untuk menikmati takjil, sedangkan jemaah perempuan menyantap takjil di lantai dua.
Di masjid itu, takjil disiapkan langsung oleh pengurus masjid, bahkan termasuk makanan berat, seperti nasi, lauk pauk, dan sayur yang dihidangkan seusai salat magrib.
Setelah jemaah menikmati takjil, salat magrib pun diselenggarakan. Kali itu salat dipimpin Harun, salah satu imam di masjid itu. "Masjid ini memiliki tiga imam rawatib. Kami setiap hari bergantian jadi imam salat," ujarnya.
Jemaah salat yang datang tidak hanya warga sekitar. Ada pula orang yang mampir karena keburu magrib, sementara rumahnya masih jauh. "Sejak dulu, sepulang kerja saya selalu mampir di sini untuk salat magrib bersama istri. Sekarang Ramadan, alhamdulillah bisa sekalian berbuka di sini," ungkap M Waqas, Warga Antang, Makassar.
Mendorong berhaji
Masjid tersebut dibangun seorang warga bernama Muhaimim Anshar pada 2014. "Saya membangun masjid ini dengan tujuan agar kita selalu mengingat Tanah Suci Mekkah dan punya cita-cita untuk bisa menjalankan ibadah haji. Jadi, ini bukan untuk kemusyrikan, melainkan untuk mendorong dan memberi kita motivasi untuk menunaikan rukun islam ke lima. Masa beli mobil sanggup, naik haji tidak," urainya sembari tersenyum.
"Semoga masjid ini terus menyebarkan kebajikan bagi kita semua. Untuk anak cucu kita dan keberkahan untuk bangsa ini," harap Muhaimin. (LN/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved