Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
AL-QUR'AN menjelaskan semestinya umat manusia hidup rukun dan damai dalam keberagaman. Jika menelaah Al-Qur'an secara saksama, kita akan sampai pada satu kesimpulan bahwa keberagaman dalam perspektif Al-Qur'an ialah satu kekayaan dan sunatullah.
"Andai kata Allah Tuhan-mu Ya Muhammad, mudah bagi Allah menciptakan manusia itu dalam satu umat (tanpa perbedaan), tapi tidak, Allah berkehendak menciptakan kalian beragam, inilah kehendak Allah kita diciptakan beragam," kata Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (NU) KH Zulfa Mustofa dalam Peringatan Nuzulul Quran Tingkat Kenegaraan Tahun 1443 H/2022 M di Jakarta, Selasa (19/4).
Manusia juga diciptakan Allah beragam itu untuk saling mengenal. Selain itu, manusia fitrahnya diciptakan berpasangan dan beragam agar hidup rukun dan damai karena manusia sejatinya satu sama lain saling membutuhkan.
"Kita yang berbeda agama ternyata saling membutuhkan apalagi hanya berbeda ormas. Seorang penyair Arab terkenal bernama Al-Ma'arri mengatakan manusia itu satu sama lain saling membutuhkan. Apakah baik yang dari desa maupun dari kota walaupun sering kali manusia tidak menyadarinya," ujarnya.
Seorang ulama tafsir terkemuka Imam At-Thahir ibn 'Asyur berkata manusia akan hidup rukun dan damai jika mereka dijaga dari permusuhan dan kebencian betapa pun mereka berbeda. Jika manusia sudah dijaga dari kebencian dan permusuhan, maknanya mereka mendapatkan rahmat dari Allah.
Kasih sayang Allah tidak bisa hanya ditunggu, maka harus diraih dengan banyak membangun jembatan-jembatan sosial, yakni dengan silaturahim dan dialog. "Inilah salah satu cara kita menjemput rahmat Allah karena sering kali kurangnya silaturahim membuat kemudian keberagaman kita menjadi penghalang kita saling menyayangi," tuturnya.
Bukan sekat
Dalam tafsir 40 kaidah cinta dijelaskan ternyata tumbuhnya kemusykilan-kemusykilan di dunia terjadi karena sering kali salah memahami ucapan dan bahasa orang yang berbeda pendapat. "Padahal jika bertemu dialog, di sana akan tumbuh kasih sayang di antara kita. Apalagi jika kita ingin mencoba memahami orang yang berbeda dari kita dengan banyak membaca dan mendengar apa alasan mereka berbeda," katanya.
Seseorang setiap kali ilmunya bertambah, moderasi beragamanya akan bertambah. Sebaliknya, semakin sedikit dan kurang ilmunya, moderasi beragama akan berkurang.
KH Zulfa menjelaskan bagi orang yang alim, tidak akan ada pernah bagi mereka keberagaman perbedaan menjadi sekat untuk hidup rukun dan damai. Negara ini, lanjut KH Zulfa, sekali lagi membutuhkan peradaban yang indah, yakni peradaban yang dibangun atas dasar saling memahami, mencintai, dan juga saling menyayangi, bukan atas dasar saling mencurigai dan membenci.
"Fenomena islamofobia pada satu sisi dan kafirfobia pada sisi lain harus dihilangkan dari negeri ini dan bahkan juga dari dunia ini karena hanya dengan menghilangkan rasa curiga di antara umat beragama akan hidup dalam kerukunan dan kedamaian yang hakiki," ungkapnya. (H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved