Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
MARHABAN Ramadan, bulan suci yang di dalamnya penuh dengan ampunan Allah SWT. Untuk alasan itu pula, umat Islam selayaknya bergembira menyambut datangnya bulan Ramadan.
Pendakwah asal Sulawesi Selatan, ustaz Das'ad Latif, menyampaikan itu saat acara Tarhib Ramadan yang digelar Media Group secara hybrid, Jumat (9/4).
Menurut Das'ad, Allah SWT memang akan mengampuni dosa-dosa hambanya pada bulan Ramadan. Namun begitu, terdapat empat syarat yang harus dipenuhi seorang hamba untuk mendapatkan ampunan Allah. Empat syarat itu ialah menyesal, mengakui kesalahan, tidak mengulangi kesalahan, dan berbuat kebaikan.
"Kalau mau mendapatkan ampunan dari Allah saat Ramadan, jangan anggap remeh kebaikan. Kebaikan itu bukan hanya salat berjemaah, syahadat, puasa, kebaikan bukan hanya bangun masjid. Melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya di kantor kita itu juga kebaikan," kata ustaz Das'ad.
Ia menyatakan, melakukan satu kebaikan di bulan Ramadan sama halnya dengan melakukan kebaikan selama 83 tahun atau 1.000 bulan. Namun, manusia juga harus berhati-hati sebab saat bulan Ramadan satu amal buruk juga akan dilipatgandakan dosanya.
"Satu kali gosip, satu kali fitnah di bulan Ramadan dosanya sama dengan 83 tahun melakukan hal buruk itu. Karenanya, hindari keburukan, lipat gandakan kebaikan," ucapnya.
Dalam menyambut datangnya Ramadan, Das'ad mengatakan, selayaknya hati dipenuhi dengan perasaan sukacita. Namun, kegembiraan tersebut janganlah diwujudkan dengan kegiatan yang tidak bermanfaat, melainkan banyak mengucap syukur kepada Allah.
"Bergembiralah dengan bersyukur. Aplikasinya yang pertama dengan mengucapkan alhamdulillah, lalu setelah diucapkan secara lisan, sujud syukur. Allah akan senang," bebernya.
Yang terpenting, lanjut Das'ad, jangan lupa untuk terus bertasyakur atau mengevaluasi diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi. "Evaluasi diri. Timbang-timbang. Kalau dirasa Ramadan saya tahun lalu lebih banyak bohongnya, makruhnya, tahun ini harus lebih bagus," pungkas Das'ad.
Mensyukuri nikmat sehat
Dalam kesempatan terpisah, Guru Besar Ilmu Politik Hukum Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof M Arskal Salim GP, mengingatkan bahwa di masa pandemi covid-19 ini banyak orang yang mengalami kesedihan. Tak terkecuali bagi orang-orang tercinta dan terdekat yang meninggal akibat virus tersebut.
Oleh karena itu, sepatutnya rasa syukur atas nikmat kesehatan itu juga menjadi salah satu penyemangat dalam menyambut bulan suci Ramadan 1442 Hijriah.
"Kita bersyukur alhamdulillah Tuhan masih menakdirkan kita sehat walafiat. Allahumma bariklana fii sya'ban wa balighna ila ramadan, mudah-mudahan kita mendapatkan berkah di bulan Syakban ini dan kita diberikan kesempatan memasuki bulan Ramadan," kata Prof Arskal dalam Munggahan Ramadan Media Group, Jumat (9/4).
Meski tradisi munggahan tidak ada dalilnya, tidak ada ayat atau hadis, menurut Arskal, hal itu ialah tradisi yang baik. Berkumpulnya orang-orang untuk bertemu bersilaturahim hingga saling bermaaf-maafan.
Dikaitkan dengan puasa, Arskal mengatakan bahwa ketakwaan seorang hamba berkolerasi dan berhubungan dengan ibadah puasa. Sebelum Islam datang, puasa ini sudah menjadi tradisi di masyarakat Yahudi dan biasanya orang-orang yang berpuasa pada 10 Muharam.
"Di saat itu Nabi memerintahkan untuk berpuasa, tetapi ketika puasa Ramadan diwajibkan. Nabi menyampaikan bahwa puasa Ramadan menjadi wajib, sementara puasa-puasa Asyura itu menjadi sunah. Di sini kita melihat bagaimana ada sikap yang tolerannya dari Nabi Muhammad kepada umat Yahudi," tuturnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved