Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Menyikapi Ujian Kebaikan dan Keburukan

Nasaruddin Umar Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
03/5/2020 06:30
Menyikapi Ujian Kebaikan dan Keburukan
Nasaruddin Umar Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta(Seno)

SILIH berganti bangsa kita diuji dengan berbagai bala. Ada dalam bentuk gempa bumi, tsunami, gunung meletus, kebakaran hutan, longsor, banjir, wabah demam berdarah (DB), dan terakhir covid-19.

Sebetulnya ujian dan musibah seperti ini tidak hanya di Indonesia, tetapi menjadi fenomena global. Sebagai umat beragama tentu lebih mudah memahami sekaligus mencari solusi terhadap sebuah bala atau musibah dengan cara mengembalikan diri kepada Tuhan.

Di sinilah perlunya bahasa agama sebagai bahasa komunikasi antara masyarakat dan pemerintah, khususnya tokoh-tokoh agama.

Kita kadang terkecoh menganggap ujian keburukan (balaun sayyiah) lebih berat daripada ujian kebaikan (balaun hasanah). Padahal, ujian yang paling berat untuk dilulusi setiap orang ialah ujian berupa kebaikan.

Yang membuat orang banyak jatuh bukan karena ujian keburukan seperti musibah, tetapi ujian kebaikan berupa kekayaan, jabatan tinggi, dan prestasi menakjubkan. Sudah terlalu banyak contoh dalam hidup kita, musibah memicu adrenalin orang untuk meraih perestasi puncak. Sebaliknya, kemewahan dan keserbacukupan menggelincirkan banyak orang ke lembah kehinaan bahkan malapetaka.

Jika orang ditimpa kemalangan, penderitaan, atau musibah, yang paling pertama dipanggil orang ialah Tuhan. Seolah-olah hanya Tuhanlah segala-galanya bagi dirinya. Dia pasrahkan diri sepenuhnya hanya kepada Tuhannya. Ibadah pun terasa lebih syahdu dan khusyuk.

Sebaliknya jika seseorang diuji dengan kemewahan dan kegemerlapan hidup banyak sekali yang dipanggil. Orang lain, yang boleh jadi tidak halal bagi dirinya yang selalu di-SMS. Tuhan Sang Pemberi Rezeki justru tidak pernah dipanggil. Akibatnya, lupa diri dan hilang kontrol.

Situasi seperti ini justru pertanda awal kejatuhan. Jika Tuhan menjauh dari diri seseorang, dipastikan tidak ada ketenangan hidup. Allah mengingatkan, “Ala bidzikrillah tathmainnul qulub” (Hanya dengan mengingat Allah akan tercapai ketenangan hidup). Cara untuk menenangkan jiwa dalam Islam ialah dengan salat (QS al-Ra’d/13:28).

Banyak contoh dalam kehidupan dan dalam kisah Kitab Suci mengingatkan kita bahwa ujian yang paling berat bagi manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota keluarga dan warga bangsa, jika tidak hati-hati dengan ujian kebaikan (balaun hasanah), ia akan tergelincir.

Orang lebih mudah bangkit dari ujian keburukan daripada ujian kebaikan. Banyak sekali mantan orang terpinggirkan yang kemudian menduduki central power, banyak mantan orang miskin jadi konglo merat, dan banyak yang tadinya orang kecil menjadi orang besar dan hebat.

Dalam perjalanan jauh ke depan, yakni ujung hayat sampai akhirat, kita perlu menyiasati dua bentuk ujian ini. Jika balaun sayyiah mendera kita, lawanlah dengan kesabaran (al-shabr) dan jika ujian kebaikan mendatangi kita, hadapilah dengan kesyukuran (al-suhkr).

Al-Shabr dan al-syukr bagaikan dua kepak sayap kehidupan yang perlu diseimbangkan. Jangan hanya pandai bersabar terhadap musibah, tetapi tidak pandai bersyukur terhadap kenikmatan hidup atau jangan hanya pandai bersyukur, tetapi tidak tahan untuk bersabar.

Setiap manusia akan diuji Tuhan dengan dua ujian, yaitu ujian keburukan (balaun sayyiah) dan ujian kebaikan. Ujian berupa keburukan biasanya sesuatu yang tidak dikehendaki oleh manusia, bahkan kebalikan dari kehendak manusia. Contoh ujian keburukan itu ialah musibah berupa kecelakaan yang membawa korban, penyakit yang mendera, kebangkrutan usaha, kegagalan dalam pekerjaan, dan kematian anggota keluarga terdekat. Kesemuanya ini membuat hati kita menjadi terpukul dan bersedih.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah