Headline

Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.

Pembuka Kesetaraan dalam Islam

SYARIEF OEBAIDILLAH
30/4/2020 08:25
Pembuka Kesetaraan dalam Islam
ilustrasi muslimah(ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

DALAM sejarah, kedudukan kaum perempuan pada masa jahiliah di Mekah, Arab Saudi, berada di posisi marginal atau pinggiran. "Perempuan, pada masajahiliah bukan hanya tak sejajar dengan laki-laki, tetapi juga hampir tak punya kuasa apa pun. Jika ada seorang lelaki dari kalangan mereka meninggal dunia, wali mendiang lelaki dianggap lebih berhak terhadap janda tersebut," papar ustaz Ahmad Fuady dalam diskusi daring Kisah Ramadan kepada MediaIndonesia, kemarin.

Kebiasaan itu luruh setelah Rasulullah SAW mendapatkan wahyu yang tegas, "Tidak halal bagi kalian memusakai, mewariskan para istri yang ditinggal mati suaminya, dengan cara paksa." "Ayat itu menjadi ayat kemerdekaan yang nyata bagi perempuan. Insiatif emansipasi yang mendobrak laku jahil manusia yang terperangkap dalam tradisi bias gender. Secara sosiopolitik, ayat ini telah menjadi terobosan dan dobrakan yang teramat kuat di masanya, jauh sebelum tradisi nonemansipatoris gender musnah di tanah Eropa dan jajahannya," papar Ahmad Fuady, pengasuh majelis taklim Indonesische Stichting Rotterdam di Kota Rotterdam, Belanda.

Meskipun ada secercah kemajuan, lanjut Fuady, para perempuan kala itu merasa masih ada yang mengganjal. Mereka merasa jarang dipanggil dalam ayat-ayat yang turun. Kehadiran Ummu Salamah, salah satu istri Rasulullah SAW, membawa perubahan signifi kan. Pada suatu hari, ketika Ummu Salamah bersama Rasulullah, ia melontarkan pertanyaan. "Mengapakah kami para perempuan tak pernah disebut-sebut dalam Alquran seperti para lelaki disebut sebut?"

Ummu Salamah tak mendapatkan jawaban apa pun atas pertanyaannya tersebut. Rasulullah memang secara spesifik menyebut muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, pada khotbah-khotbahnya di atas mimbar. Namun, belum ada yang benar-benar berasal dari Alquran.

Hingga suatu saat, turunlah ayat yang ditunggu-tunggu para perempuan, yakni Surah Al Ahzab ayat 35. Artinya, "Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan ampunan dan pahala yang besar untuk mereka."

Ayat tersebut menegaskan kesetaraan gender dideklarasikan di dalam Alquran dan Islam. Lakilaki dan perempuan memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama dalam beragama. "Tak ada korting pahala antara satu dan yang lainnya," tegas Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tersebut. Ayat itu menjadi landasan tekad bagi para perempuan untuk mewujudkan visi kesetaraan dalam amal dan aktivitas sehari-hari. "Allah telah membuka jalan karena setelahnya ayat-ayat kesetaraan itu melimpah. Bahkan, perempuan mendapat kehormatan menjadi nama surat dalam Alquran, yakni Surah An Nisa, sebuah pemberian yang tidak didapat laki-laki. Dalam surat itu pula, perempuan diangkat martabatnya, " pungkas Fuady. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah