Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
TAFSIR Al Mishbah episode ke-4 ini membahas Surah Az Zukhruf ayat 68-83 mengenai anugerah dan balasan yang berbeda bagi hamba Allah yang bertakwa dengan yang ingkar. “Wahai hamba-hambaku, tidak ada rasa takut yang menimpa kamu hari ini tidak juga kamu berpikir,” demikian bunyi ayat 68 yang mengawali Tafsir Al Mishbah.
Dalam ayat itu, Allah mengatakan kepada hamba-Nya yang bertakwa bahwa tidak ada rasa takut ataupun keresahan yang akan menimpa mereka di masa datang, selalu merasa aman karena berserah diri pada Allah.
Anugerah Allah yang begitu besar kepada manusia, tidak dapat dibalas selain hanya dengan berserah diri pada-Nya. Hal tersebut tertulis dalam ayat selanjutnya, “Orang-orang yang percaya terhadap ayat-ayat kami, baik yang terhampar maupun yang tertulis, sejak dulu sewaktu hidup di dunia mereka itu orang-orang yang berserah diri.”
Selanjutnya, ayat 70 dan 71 menjelaskan isi surga yang begitu indah. Pada ayat 70 disebutkan, “Masuklah ke surga bersama pasangan-pasangan kalian. Di sana kalian akan merasa gembira.” Kemudian dilanjutkan ayat 71, ”Dihidangkan kepada mereka piring-piring yang terbuat dari emas dan gelas-gelas. Di dalam piring-piring dan gelas-gelas itu ada yang disenangi oleh hati dan menyenangkan pandangan mata. Kalian di sana akan kekal abadi.”
Surga dianugerahkan kepada orang-orang yang melakukan kegiatan-kegiatan saleh. Di surga terdapat aneka buah-buahan yang dapat dimakan, melimpah sebagaimana kenikmatan surga yang tiada habisnya dan kekal bagi hamba Allah yang beriman.
Sebaliknya, kondisi yang sangat berbeda di neraka, yang memberi siksa jahanam bagi orang-orang yang mantap kedurhakaannya. Sebegitu pedih siksa neraka, hingga diterangkan dalam ayat 75, orang-orang yang tidak taat akan disiksa tanpa adanya keringanan hingga mereka berputus asa terhadap siksaan tersebut. “Kami tidak menganiaya mereka, tetapi mereka yang menganiaya diri mereka sendiri,” demikian bunyi ayat 76.
Pedihnya siksa neraka membuat orang-orang yang berada di dalamnya memohon kepada malaikat agar Allah mematikan mereka. Pada ayat 77 disampaikan, “Mereka berteriak wahai Malik (penjaga neraka) hendaklah Tuhanmu menghabisi kami atau mematikan kami.”
Mempersekutukan Tuhan menyebabkan orang-orang tersebut kekal di neraka. Seperti penduduk Mekah yang menerima kebenaran dari Allah yang disampaikan melalui Rasul, tetapi tetap mempersekutukan-Nya. Mereka tidak senang dan bahkan melakukan tipu daya untuk menggagalkan ajaran tersebut.
Mereka mengira Allah tidak mengetahui rahasia mereka. Allah tidak tidur dan Maha Mengetahui. Kaum musyrik pada zaman itu, menuduh bermacam-macam. Hingga dalam ayat 81 disebutkan, ”Sampaikanlah seandainya Tuhan Yang Maha Pengasih itu punya anak, maka saya orang pertama yang memuliakan.” Ayat ini menegaskan bahwa Allah Maha Esa, hanya satu, tidak beranak dan diperanakkan. Selanjutnya pada ayat 82 ditegaskan bahwa Allah tidak seperti yang selama ini ditudukan orang musyrik tersebut, ”Mahasuci Allah, dia adalah Tuhan langit dan bumi dan Tuhan singgasana. Dia mahasuci dari segala apa yang kamu nisbahkan.”
Orang-orang yang tidak bertakwa akan mendapatkan balasan setimpal. Mereka akan terombang-ambing hingga mereka dipertemukan dengan neraka. Ayat terakhir menegaskan, ”Maka biarkan mereka tenggelam di sungai atau di laut, tapi kakinya tidak berpijak. Dan bermain tanpa tujuan sampai mereka menemui hari yang mereka dijanjikan pertemuannya dengan mereka.” (Aiw/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved