Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
MESKI bermodal tikar, tiga anak muda yakni Rizki Andika, Hilman Zulfatwa, dan Muhammad Zalfitri membuka komunitas perpustakaan jalanan. Mereka menggelar acara ‘ngabuburead’ yang artinya ngabuburit sambil membaca buku. Kegiatan ini dilaksanakan setiap sore menjelang berbuka puasa di Lapangan Karangpawitan, Jalan Ahmad Yani, Karawang. Bukunya pun beragam, ada novel cerpen anak, biografi, sejarah, hingga komik. Tidak lupa, sebuah spanduk dengan tulisan ‘Membaca adalah perlawanan’ mereka pasang, sebagai jargon meningkatkan minat baca masyarakat.
“Kegiatan ini salah satu upaya kami untuk terus meningkatkan minat baca. Menyediakan ruang baca gratis kepada masyarakat. Di bulan Ramadan kami mengajak masyarakat untuk menikmati ngabuburit sambil membaca atau kami sebut dengan ngabuburead,” ucap perintis perpustakaan jalanan Karawang, Rizki Andika, 20, kepada Media Indonesia, Sabtu (4/6).
Rizki mengungkapkan sedikitnya ada sekitar 500 koleksi buku yang mereka miliki. Buku-buku tersebut disebar di tujuh basis perpustakaan jalanan di seluruh Kabupaten Karawang. “Di Lapangan Karangpawitan ini kami membawa sekitar 100 koleksi buku dari berbagai jenis,” kata dia. Selama menggelar acara ngabuburead tersebut, antusiasme masyarakat dirasakan Rizki cukup lumayan baik meski awalnya malu-malu. Para calon pembaca, dituturkannya, pada tahap awal hanya melihat dari kejauhan dengan waktu cukup lama tanpa mau mencoba memilih buku dari dekat. “Bahkan pedagang sekitar juga ada yang sudah langganan. Seperti pedagang cireng di Karangpawitan ini sering meminjam buku kepada kami. Pelajar juga ada banyak,” kata dia.
Masyarakat yang ingin meminjam buku di perpustakaan jalanan hanya cukup menyimpan fotokopi KTP atau identitas lainnya. “Semuanya gratis untuk yang ingin membaca. Akan tetapi, kalau yang ingin dibawa pulang, harus menyimpan fotokopi identitasnya atau kami foto identitasnya,” kata dia. Sesuai dengan tujuannya memperjuangkan dunia baca di Indonesia, Rizki berharap pemerintah menyiapkan ruang baca yang layak di setiap daerah.
“Selama ini buku masih dianggap mahal oleh masyarakat ditambah masih kurang fasilitas dan ruang membaca, apalagi di daerah. Jika pun ada, pemerintah daerah seolah menganaktirikan perpustakaan-perpustakaan tanpa membantu perawatan ataupun menyiapkan promosi membaca kepada masyarakat,” pungkasnya. Dalam memperjuangkan dunia baca di Indonesia, Rizki berharap pemerintah menyiapkan ruang baca yang layak di setiap daerah. (CS/H-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved