Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
PENYIDIK KPK mulai menyelidiki aset US$2 juta dari dugaan suap yang menjerat mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia Emirsyah Satar dan Soetikno Soedarjo. KPK juga masih mendalami aset tersebut untuk proses penyidikan.
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, aset tersebut berupa kondominium di Singapura. Namun, ketika dimintai konfirmasi soal ini, Kabiro Humas KPK Febri Diansyah menolak menjelaskan secara detail.
Aliran dana dan aset tersebut terjadi saat Emirsyah menjabat Dirut PT Garuda Indonesia. Transaksi tersebut menggunakan sistem keuangan di Singapura. Adapun Soetikno diduga sebagai perantara pemberi.
"Saat ini yang kita lakukan masih proses penyitaan dan penggeledahan di lima lokasi sebelumnya," papar Febri.
Emirsyah diduga menerima suap dari Rolls-Royce dalam bentuk uang dan barang, yaitu dalam mata uang euro sebesar 1,2 juta euro dan US$180 ribu atau setara dengan Rp20 miliar serta dalam bentuk barang senilai US$2 juta yang tersebar di Singapura dan Indonesia.
Pemberian yang diduga berasal dari Rolls-Royce itu bertujuan agar Emirsyah menggunakan mesin Rolls-Royce untuk pesawat yang dibelinya dari Airbus.
Rolls-Royce telah menyampaikan permintaan maaf terkait dengan pengungkapan kasus korupsi yang menjeratnya. Rolls-Royce juga diharuskan membayar denda 671 juta pound (Rp11 triliun).
Emirsyah sudah membantah segala tudingan KPK.
"Sepe-ngetahuan saya, selama saya menjadi Direktur Utama PT Garuda Indonesia, saya tidak pernah melakukan perbuatan yang koruptif ataupun menerima sesuatu yang berkaitan dengan jabatan saya.''
Tidak mengganggu
Dirut PT Garuda Indonesia Tbk Arif Wibowo memastikan kasus suap yang melibatkan Emirsyah tidak mengganggu operasional perusahaan. Sebab Garuda telah mengambil berbagai langkah termasuk menerapkan tata kelola per-usahaan yang baik (GCG) di perusahaan.
"Dalam dua tahun terakhir ini Garuda terus fokus pada GCG, renegosiasi kontrak-kontrak perusahaan dan efiensi biaya," kata Arif.
Menurutnya sejak dua tahun lalu, manajemen sudah melakukan renegosiasi besar-besar-an terhadap kontrak-kontrak yang ada termasuk periode 2004-2014.
Selain itu secara korporasi semaksimal mungkin melakukan penerapan GCG di perusa-haan, selain sebagai bagian dari peningkatan performa keuangan perusahaan.
Arif menjelaskan, renegosiasi dilakukan terhadap kontrak-kontrak Airbus dengan mere-strukturisasi biaya armada (fleet cost) meliputi pengadaan pesawat, perawatan pesawat, termasuk mesin pesawar Rolls-Royce serta asuransi pembelian pesawat.
Hasil negosiasi kontrak tersebut menghasilkan efisiensi biaya cukup signifikan total biaya yang dikeluarkan per-usahaan.
"Fleet plan, sudah didesain 10 tahunan. Jadi sampai sekarang ini kita lebih fokus bagaimana tiga komponen biaya yaitu biaya leasing, biaya asuransi, dan perawatan semuanya direnegosiasi," imbuh Arif. (Try/P-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved