Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Gema Kebinekaan di Bundaran HI

Christian Dior Simbolon
04/12/2016 14:37
Gema Kebinekaan di Bundaran HI
(MI/Galih Pradipta)

DIARAK puluhan orang, bendera merah-putih berukuran raksasa, tak henti-hentinya 'berkeliling' Bundaran Hotel Indonesia (HI). Dari atas jembatan penyeberangan di depan Wisma Nusantara, Jl MH Thamrin, Sang Saka tampak gagah dikawal puluhan barongsai, sekelompok 'pasukan' sisingaan, serta rombongan penari reog ponorogo.

Seolah menyemangati para pengusung bendera, lagu-lagu kebangsaan dikumandangkan dari pengeras suara yang dipasang di dua panggung utama yang berdiri berhadapan. Ribuan orang--mayoritas mengenakan pakaian adat serta atribut partai NasDem dan Golkar, yang memadati Bundaran HI bahkan sempat nyanyi bareng ketika Indonesia Raya bergema.

Begitulah gambaran salah satu momen dalam rangkaian parade kebudayaan bertajuk #Kita Indonesia yang dihelat di Bundaran HI, sejak Ahad (4/12) pagi hingga menjelang siang. Dihadiri sejumlah pimpinan parpol, aksi tersebut menyerukan persatuan di tengah keberagaman.

Dalam orasinya, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mengingatkan pentingnya merawat kebinekaan sebagai perekat kesatuan bangsa. Potensi besar Indonesia, kata Surya, hanya bisa dimaksimalkan jika seluruh bangsa bersikap toleran dan menghormati satu sama lain.

"Kita memiliki semua persyaratan untuk membuat bangsa yang kokoh dengan memegang teguh anugerah Yang Maha Esa. Tapi, (potensi itu) tak akan tercapai kalau kita saling menghujat, kalau kita tidak percaya satu sama lain, kalau kita menistakan satu sama lain," ujarnya kepada para peserta aksi.

Perbedaan dan keberagaman, lanjut Surya, bukanlah musuh bangsa. Penjahat bangsa yang utama ialah kebodohan dan kemiskinan. "Kita jangan menjadi bangsa miskin di negeri sendiri. Kita tidak mau bangsa lain menertawakan bangsa kita sendiri. Agar jadi warga yang berdaulat sepenuhnya dan dihargai bangsa lain, persyaratannya kita harus bersatu," cetus Surya penuh semangat.

Menurut Surya, tugas mempersatukan Indonesia utamanya berada di tangan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dia pun meminta publik bersabar menunggu hasil kerja pemerintahan Jokowi-JK. "Untuk itu, kita berikan tugas pada pemerintahan Jokowi-JK agar bekerja lebih keras lagi, dekat dengan aspirasi rakyat, dan tetap konsisten membawa pikiran perubahan untuk negara yang kita cintai," imbuhnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto sempat mengulas tentang aksi superdamai 2 Desember lalu. Menurut dia, kehadiran Presiden Joko Widodo dalam aksi tersebut menunjukkan bahwa Jokowi merupakan presiden rakyat.

"Aksi 212 juga membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia bangsa yang besar dan damai. Inilah NKRI, persatuan dan kesatuan bangsa. Kita Indonesia. Kita jadikan ini sebagai momentum, kebinekaan kita," ujar Novanto.

Selain Novanto dan Surya, Ketua Umum PPP versi Muktamar Jakarta Djan Faridz, Wakil Ketua MPR Osman Sapta Odang, sejumlah politikus, dan perwakilan dari berbagai organisasi keagamaan juga hadir dalam aksi tersebut. Selain orasi, #Kita Indonesia juga diisi beragam penampilan seni budaya tradisional, dari Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.

Meskipun diinisiasi NasDem, Golkar dan PPP Djan Faridz, panitia aksi #Kita Indonesia, Taufik Basari menegaskan, aksi tersebut tidak berkaitan sama sekali dengan proses Pilgub DKI Jakarta yang tengah berlangsung.

"Ini bukan aksi demo, tapi rasa syukur kita atas kebinekaan dengan suasana kegembiraan yang dikemas dalam kegiatan budaya. Kita ingin menyadarkan kembali publik bahwa sebagai bangsa kita beragam. Terbentuknya negara ini juga karena kesadaran penuh akan adanya keberagaman," ujarnya.OL-2



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya