Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
PRESIDEN Joko Widodo memerintahkan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengusut tuntas peristiwa tewasnya aktivis penolak penambangan pasir di Lumajang, Salim Kancil.
"Presiden sudah minta Kapolri mengusut," kata Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, kemarin.
Menurut Teten, tewasnya Salim diduga terkait dengan konflik pertanahan antara masyarakat dan pemilik modal.
Presiden, sambung Teten, juga telah memerintahkan Polri jangan mengambil langkah keras kepada warga dalam konflik agraria.
"Nanti saya kira akan ada semacam guidance kepada Polri supaya jangan menggunakan kekerasan terhadap konflik-konflik lahan antara masyarakat dan pebisnis," tutup Teten yang merupakan mantan aktivis antikorupsi tersebut.
Sementara itu, Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan menyatakan Pemerintah Kabupaten Lumajang harus membekukan izin penambangan pasir galian C sampai investigasi atas tewasnya Salim selesai dilakukan.
"Sampai jelas ini (investigasi kasus)-nya. Kalau sampai akhirnya (persoalan izin) ini betul-betul menjadi penyebab yang mendorong pro-kontra, ya menurut saya enggak usah ragu-ragu untuk menutup (usaha galian pasir)," ungkap Ferry.
Ia memastikan pemerintah tak berhenti pada pelaku di lapangan.
Ferry menganalogikannya dengan penanganan kasus kebakaran hutan dan lahan yang tak cuma menangkapi warga pembakar.
Pengusaha pemilik lahan pun dimintai pertanggungjawabannya.
"Supaya orang tahu enggak boleh dengan atas nama apa pun dalam rangka menghasilkan PAD (pendapatan asli daerah) ada orang yang kemudian terkorbankan nyawanya. Enggak boleh," seru politikus Partai NasDem tersebut.
Kejar dalang
Kapolda Jawa Timur Irjen Anton Setiadji mengatakan pihaknya sudah menangkap 22 tersangka penganiayaan dan pembunuhan Salim.
Dari ke-22 orang tersebut, ternyata ada dua anak di bawah umur.
"Tersangka lainnya ditahan di Polres Lumajang. Untuk yang anak-anak, walaupun tidak ditahan, mereka tetap diberkaskan. Dari keterangan anak-anak itu, mereka ikut-ikutan," ungkap Anton saat dihubungi wartawan, kemarin.
Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono menambahkan, dari hasil pemeriksaan 22 tersangka terungkap bahwa ada yang mengomando tindakan sadis tersebut.
"Sedang dicari siapa dalangnya. Soal keterlibatan perusahaan tambang, kami masih dalami apakah ada kaitannya. Tindakan lain yang sudah kami lakukan ialah olah TKP dan pemeriksaan sejumlah saksi," kata Argo.
Argo mengakui polisi sudah menerima laporan yang diajukan korban mengenai adanya ancaman pembunuhan.
Namun, ketika peristiwa terjadi, polisi tidak ada di lokasi.
"Sedang dicari kenapa bisa terjadi."
Salim, 52, ialah satu dari dua warga Lumajang yang menjadi korban penyerangan di Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Sabtu (26/9).
Korban lain, Tosan, 51, mengalami luka serius.
Keduanya menolak keberadaan pertambangan pasir di desa tersebut.
Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral Jawa Timur Dewi J Putriatmi menduga penambang-an pasir itu bermasalah.
(Beo/FL/P-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved