Atraktif Menghilangkan Kesan Angker

25/7/2016 01:00
Atraktif Menghilangkan Kesan Angker
(MI/ROMMY PUJIANTO)

MATAHARI sudah menyingsing pagi itu.

Tepat pukul 08.00, derap langkah tiga personel Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) mendekati pos penjaga di sisi kanan Istana Merdeka.

Sembari mengangkat dan memiringkan senjata, anggota Paspampres yang berada di tengah memantapkan langkah menuju pos penjaga.

Ia menggantikan anggota Paspampres yang sebelumnya berjaga.

Itulah bagian prosesi pergantian pasukan jaga Istana yang mulai bisa disaksikan masyarakat sejak Minggu, 17 Juli lalu.

Total anggota Paspampres yang terlibat 48 orang, terbagi dalam dua regu. Mereka mengenakan baju merah dan celana putih dengan baret berwarna biru.

Prosesi upacara dimulai saat 24 anggota Paspampres dari kedua regu membungkuk dan mencopot magasin (tempat peluru dalam senjata api) dari senjata laras panjang berjenis senapan serbu 1 (SS1) buatan Pindad yang mereka bawa.

Keindahan utama upacara itu terletak pada atraksi komandan regu yang memutar-mutar dan melempar senjata ke udara.

Prosesi pergantian penjaga Istana yang berlangsung 30 menit tersebut sebelumnya selalu diadakan di dalam kompleks Istana.

Komandan Paspampres, Mayjen TNI (Mar) Bambang Suswantono, mengatakan ide upacara secara terbuka itu berasal dari Presiden Joko Widodo.

Presiden ingin upacara itu menjadi daya tarik bagi masyarakat dan wisatawan, seperti halnya di luar negeri.

Upacara pergantian pasukan jaga yang paling terkenal di dunia ada di Istana Buckingham, Inggris.

Bambang mengatakan, upacara terbuka, selain bertujuan mendekatkan Istana dengan masyarakat, juga membentuk pandangan positif publik.

Selama ini Paspampres kerap dipandang sebagai sosok yang kaku dan angker.

"Sekarang masyarakat bisa melihat dan berfoto bersama dengan anggota Paspampres yang selama ini garang dan kelihatan garang."

Politikus PDI Perjuangan Adian Napitupulu mengakui kesan Paspampres sudah jauh berbeda.

Jejak Adian di dunia aktivis cukup panjang, termasuk dalam menghadapi Paspampres. Di masa Orde Baru, sebagai aktivis jalanan, Adian kerap ditangkap dan dipukuli.

"Kalau dulu dua kilometer presiden mau lewat sudah steril atau dari jarak tembak terdekat, orang tidak boleh mendekat. Sekarang terasa sekali perbedaannya. Masyarakat yang ingin foto dengan Jokowi hanya berjarak lima jari," kenang Adian yang juga menjabat anggota DPR itu.

Bagi masyarakat umum, melihat langsung pergantian Paspampres merupakan suatu peristiwa langka.

Warga yang belum pernah menonton amat tertarik setelah mengetahui informasi tentang tradisi baru di Istana tersebut.

"Kemarin enggak sempat karena sedang ada urusan. Namun, berikutnya saya dan teman saya rencananya mau lihat langsung. Kan jarang-jarang masyarakat umum bisa mendekat ke Istana," kata Narayana, 29.

Hal senada diungkapkan Arimbi Larasati, 25. Arimbi ingin berswafoto dengan Paspampres.

"Pengin aja foto bareng mereka, bajunya merah-merah dan mukanya pada serius. Pastinya jadinya lucu."

Salah satu anggota pasukan jaga yang enggan disebut namanya mengatakan tidak ada kendala untuk menjalani tradisi baru itu.

Hanya, mereka mesti siap menghadapi tingkah masyarakat.

"Paling susahnya kalau masyarakat melakukan hal yang aneh-aneh, selfie dan segala macam. Kami terbuka, tapi tetap profesional juga dalam bertugas." (Nyu/Ind/Deo/P-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya