Istana Lebih Dekat dan Menghibur

Nur Aivanni
25/7/2016 00:45
Istana Lebih Dekat dan Menghibur
(ANTARA/YUDHI MAHATMA)

GAMBARAN prajurit istana bertopi bulat hitam menjulang dan berseragam merah dengan ikat pinggang putih dalam prosesi pergantian penjaga sudah sangat terkenal di seantero dunia.

Ribuan wisatawan datang menyaksikan upacara di Istana Buckingham, Inggris, itu, yang rata-rata digelar tiap dua hari sekali.

Di musim panas, upacara terbuka bahkan digelar setiap hari.

Setelah itu, wisatawan dan masyarakat umum dapat berswafoto dengan penjaga yang tetap tegak berdiri tanpa sedikit pun bergerak.

Istana Merdeka di era pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla tengah mencoba mengadopsi konsep serupa.

Masyarakat umum kini bisa menyaksikan prosesi pergantian penjaga Istana Merdeka pada Minggu kedua, tiap bulan, mulai pukul 08.00 WIB.

Pergerakan regu Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) itu bermula dari lapangan Istana Merdeka, lalu ke tengah Jalan Medan Merdeka Utara.

Lewat akun Instagram-nya, Presiden Jokowi mengatakan tradisi itu dilakukan untuk semakin mendekatkan rakyat dengan pemimpin.

'Saya ingin selalu dekat dengan rakyat dan masyarakat juga bisa berfoto bersama Paspampres', tulis Presiden.

Bukan hanya pergantian penjaga istana, Presiden Jokowi juga mengubah tradisi penerimaan tamu negara.

Tradisi baru itu pertama kali digelar ketika menerima Perdana Menteri Selandia Baru, John Key, beserta istrinya Bronagh Key, Senin (18/7/) lalu.

Biasanya, penyambutan tamu negara dilakukan di halaman Istana Merdeka.

Kali ini pihak protokoler membuat parade yang dimulai dari silang Monas.

Rombongan tamu negara yang tiba sekitar pukul 15.20 WIB disambut dengan kawalan beberapa pasukan yang terdiri atas pasukan korps musik, pasukan berkuda, dan pasukan keraton yang bertugas membawa panji bergambar lambang seluruh provinsi di Indonesia.

Semua pasukan itu terus mengawal tamu negara dari Monas menuju gerbang Istana Merdeka.

Di depan gerbang Istana Merdeka, pasukan keraton membukakan jalan bagi kendaraan tamu negara dan kemudian mengikuti mereka dari belakang.

Di halaman Istana Merdeka, 200 pelajar SMP 173 dan SMA 93 sudah berbaris rapi sembari mengibarkan bendera kedua negara saat rombongan tamu negara melintasi halaman Istana.

Selanjutnya, Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana menyambut Perdana Menteri Selandia Baru bersama istri untuk melakukan upacara kenegaraan.

Dentuman meriam sebanyak 21 kali terdengar di antara lantunan lagu kebangsaan kedua negara.

Pada penyambutan tamu negara sebelumnya tidak ada iring-iringan Paspampres berkuda.

Begitu juga pengawalan dari pasukan Nusantara yang mengenakan pakaian tradisional.

Suasana gembira

Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengatakan upacara penyambutan akan menjadi tradisi istana ke depannya.

Tujuannya agar masyarakat bisa ikut menikmati kehadiran tamu negara.

"Presiden ingin ada suasana gembira di istana. Masa di istana adanya demo," ucapnya.

Selain memberikan kesan berbeda, penyambutan tamu negara semacam itu juga merupakan upaya Presiden Jokowi untuk menghormati tamu negara.

Pratikno mengatakan pasukan Nusantara juga akan mengenakan kostum yang berbeda setiap menyambut tamu negara.

"Kami akan membuat kostum yang lebih representatif lagi. Tujuannya menyampaikan varietas kekayaan indonesia," tutur Pratikno.

Mantan rektor Universitas Gajah Mada itu menambahkan upacara tamu negara relatif tidak menambah anggaran keuangan Istana.

Ia beralasan sumber daya yang dipakai berasal dari internal Istana, seperti kelompok marching band.

"Tidak signifikan peningkatannya. Pasukannya punya kita sendiri yang biasa di Istana, pasukan berkudanya juga. Semua itu punya kita juga," tandasnya tanpa menyebutkan nominal.

Masyarakat, khususnya warga Jakarta, menyambut baik hal itu. Menurut Rany Anjany Subachrum, 24, warga yang tinggal di Anggrek Rosliana Blok F Nomor 13 Jakarta Barat, tradisi baru tersebut bisa menjadikan objek-objek wisata berada dalam satu lingkungan.

"Bagus, di sekitar lokasi kan ada Monas, Museum Nasional, gereja juga, kalau istana terbuka bisa ada berbagai objek wisata dalam satu lingkungan," terangnya kepada Media Indonesia, pekan lalu.

Fachri Fachrudin, 28, warga Jalan Keamanan Nomor 48, Pondok Bambu, Jakarta Timur, berharap upaya melonggarkan sekat antara Istana dan rakyat supaya dilanjutkan lebih jauh.

"Semoga saja ke depan ada satu waktu rutin dialog langsung antara warga dan Presiden," ujarnya. Selanjutnya, pemerintah pusat juga bisa menginstruksikan pemerintah daerah untuk melakukan hal yang sama.

Perhatikan hasil

Ketua DPR Ade Komarudin turut memberikan apresiasi mengenai tradisi baru di Istana itu.

Menurutnya, Istana jadi semakin dekat dengan rakyat.

"Bagus sekali, masyarakat jadi bisa melihat kan," tutur Ade di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (22/7).

Selain mendekatkan rakyat dengan Presiden, sambung Ade, seremonial itu dapat menjadi objek atraksi wisata baru bagi masyarakat sekaligus sebagai upacara yang dinantikan wisatawan.

Namun, dosen ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Gun Gun Heryanto, menilai tradisi baru dalam upacara pergantian penjaga istana dan penyambutan tamu negara sah-sah saja asalkan tetap dilakukan menurut batas kelaziman protokoler kenegaraan.

Gun Gun pun menggarisbawahi tradisi baru penyambutan tamu negara yang hanya sebatas inovasi di permukaan.

Ia mengingatkan, yang harus lebih diperhatikan ialah isi pembicaraan dan hasilnya.

Menurut Gun Gun, dampak yang muncul dari pertemuan itu harus ditujukan bagi kepentingan umum.

"Yang substansi sebenarnya soal isi perbincangan dan kesepakatan apa-apa yang dibuat saat ada kunjungan kenegaraan. Jadi, yang fundamental ialah hasilnya," paparnya.
(Pol/Ind/Cah/P-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya