Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
SEJUMLAH warga pengguna listrik PT PLN (persero) menyayangkan kurangnya sosialisasi dari PLN kepada masyarakat mengenai informasi adanya peningkatan tagihan rekening listrik.
Salah seorang warga DKI Jakarta, Shafina Rahmanida, mengatakan pihak PLN tidak menginformasikan kepada masyarakat bahwa kenaikan penggunaan listrik sejak Maret karena dimulainya pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
“Seharusnya diinformasikan sehingga masyarakat pun bisa paham bahwa ada biaya tagihan listrik yang diakumulasikan di bulan Mei,” ujar Shafina saat dihubungi, kemarin.
Ia mengaku tagihan listrik rumahnya naik hingga 61,5%, dari biasanya Rp1,3 juta menjadi Rp2,1 juta.
Selain itu, tambahnya, PLN harus transparan dalam memberikan data kenaikan konsumsi listrik tersebut ke pelanggan.
“Saya memaklumi kalau petugas tak bisa datang lalu menggunakan hitungan rata-rata tagihan tiga bulan sebelumnya. Tapi baiknya, di bulan selanjutnya, kalau memang ada selisih dan PLN sudah ada data pasti selisihnya, bisa diinfokan ke pelanggan. Supaya masyarakat tidak panik, dan jadi banyak yang komplain,” ujarnya.
Shafina mengaku sudah menghubungi pihak PLN untuk memastikan apakah kenaikan tersebut sesuai atau tidak. Namun, PLN belum memberikan data perincian penghitungan.
“Mereka mengatakan apabila ada perbedaan antara penggunaan listrik di rumah dan biaya tagihan yang ditanggung, PLN akan mengurangi tagihan konsumsi listrik rumahnya,” tambah Shafina.
Sebelumnya, PLN mengklaim tidak menaikkan tarif listrik. Executive Vice President Communication and CSR PLN, I Made Suprateka, mengatakan peningkatan tagihan rekening listrik April disebabkan adanya selisih tagihan rekening di bulan sebelumnya.
Menurutnya, pada Maret masyarakat sudah melakukan PSBB sehingga terjadi kenaikan konsumsi listrik akibat banyaknya aktivitas pelanggan di rumah.
Sementara itu, tidak ada pencatatan langsung oleh petugas meteran ke setiap rumah. Alhasil, penghitungan tagihan dari rata-rata tertinggi penggunaan listrik tiga bulan sebelumnya.
“Padahal penggunaan Maret mengalami kenaikan. Penggunaan listrik lebih tinggi. Hal ini menyebabkan terjadi selisih antara jumlah penggunaan riil dan pencatatan (yang didasarkan angka rata-rata seama tiga bulan). Selisih ini kemudian terakumulasi ke dalam rekening April dan ditagihkan pada rekening Mei,” paparnya melalui keterangan resmi. (Hld/X-7)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved