Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
NAMA Haerul asal Pinrang, Sulawesi Selatan, belakangan ramai dibicarakan. Keberhasilan pria 34 tahun itu merakit dan menerbangkan pesawat model ultra light di pesisir pantai Ujung Tape mendapatkan berbagai apresiasi.
Sayangnya, tindakan Haerul itu menyalahi aturan penerbangan. Kadispen TNI-AU Fajar Adriyanto mengungkapkan pesawat yang dibuat dan diterbangkan Haerul belum memenuhi aturan dan kese-lamatan penerbangan.
Di samping itu, Haerul tidak memiliki lisensi sebagai pilot. Karena itu, TNI-AU akan bekerja sama dengan Federasi Aero Sport Indonesia guna memberikan pembinaan kepada Haerul untuk merakit pesawat secara benar dan sesuai aturan penerbangan.
"Haerul ini cuma montir yang mau terbang. Dia tidak pernah punya pendidikan formal pilot atau pembuatan pesawat. Tapi, dia buktikan dia bisa terbang. Dia buat pesawat pakai mesin sepeda motor. Itu yang sangat kita apresiasi," ujar Fajar di Lapangan Terbang Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, kemarin.
Haerul pun berkesempatan menerbangkan dan mengendalikan pilot swayasa, dengan didampigi pilot resmi saat berkunjung ke FASI di Lapangan Terbang Pondok Cabe.
"Kita ingin perkenalkan pesawat yang bersertifikat kepada Haerul. Pesawat swayasa dipilih karena mirip dengan yang dia rakit. Kita harap nanti setelah merasakan pengalaman terbang, dia dapat feeling yang sebenarnya," ucap Fajar.
Namun, Haerul belum bisa diberikan lisensi pilot, karena butuh proses yang panjang. "Di dunia aero sport, minimal 25-30 jam baru dapat lisensi. Sekarang kita beri sertifikat join flight dulu," tuturnya.
Di lokasi yang sama, Ketua Komite Pesawat Terbang Bermotor dan Swayasa Untung Medianto meng-ungkapkan masyarakat sipil tidak dilarang merakit pesawat, tapi harus dijalankan dengan prosedur yang benar, seperti memiliki blueprint. Blueprint pesawat itu harus dibeli dari perusahaan produsen resmi. Meski sudah memiliki blueprint, perakit harus diawasi instruktur.
"Haerul itu membuat pesawat hanya berdasarkan panduan dari Youtube. Bukan dari blueprint. Padahal di dunia penerbangan, kalau masyarakat sipil mau membuat pesawat itu harus bertumpu pada blueprint dan harus di bawah pengawasan instruktur," ucapnya seraya mengungkapkan mereka akan memberikan pembinaan dan edukasi yang tepat kepada Haerul.
Haerul pun mengaku senang dan antusias dengan beragam program yang ditawarkan. "Saya ingin belajar untuk bisa membuat pesawat yang benar," tuturnya. (Pra/P-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved