Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
MANTAN Ketua Umum PPP sekaligus terdakwa kasus dugaan korupsi jual beli jabatan di lingkungan Kementerian Agama (Kemenang), Romahurmuziy, mengaku khawatir dengan psikologis anaknya. Ia khawatir anaknya mengalami perundungan karena kasus yang melibatkan ayahnya.
Selain itu, melihat ayahnya mengalami operasi tangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), anak perempuan semata wayang Romahurmuzy mengaku enggan untuk melanjutkan pendidikan di dalam negeri.
"Reaksinya melihat ayahnya menjadi pesakitan adalah, 'mereka jahat, aku tidak mau lagi sekolah di Indonesia." Dia hampir sebulan tidak mau sekolah karena takut bullying psikis," kata Rommy saat membacakan pledoi di Pengadilan Negeri Tipikor, Jakarta Pusat, Senin (13/1).
Baca juga: Kejagung Periksa Tujuh Saksi Terkait Kasus Jiwasraya
Tak sampai di situ, kediaman laki-laki yang akrab disapa Romy tersebut selalu dipantau oleh petugas KPK setelah OTT itu. Anggota keluarga Romy merasa jika telepon genggamnya disadap oleh lembaga antirasywah tersebut.
"Pendeknya, dunia ini menjadi tidak bersahabat kepada seluruh keluarga saya," cetusnya.
Partai Romy pun merasakan dampak negatif dari OTT KPK. Yaitu PPP kehilangan induk dalam menghadapi kontestasi Pilkada 2019.
"Akibatnya, 17 April suara PPP hancur tinggal separuh, nyaris tidak lolosvambang batas 4%. Betapa hancurnya hati saya pada waktu itu, secara personal maupun institusional," tutupnya. (OL-8)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved