Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PRESIDEN ketiga Republik Indonesia BJ Habibie mengembuskan nafas terakhir pada Rabu (11/9) pukul 18.05 WIB setelah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta, sejak Minggu (1/9/2019).
Berdasarkan keterangan pihak keluarga, ia dirawat karena kelelahan disebabkan aktivitasnya yang padat.
Pada awal Maret 2018, Habibie juga sempat menjalani perawatan di Muenchen Jerman karena kebocoran katup jantung.
Pemilik nama lengkap Bacharuddin Jusuf Habibie itu ialah kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936. Dia adalah anak ke empat dari delapan bersaudara dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan Tuti Marini Puspowadjojo.
Habibie berasal dari keluarga dengan latar belakang agama yang kuat karena kakeknya merupakan seorang pemuka agama.
Habibie pernah bersekolah di SMA Kristen Dago di Bandung, Jawa Barat. Lalu ia melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung) pada 1954.
Kemudian pada 1955-1965, Habibie melanjutkan studi teknik penerbangan dengan spesialisasi konstruksi pesawat terbang di RWTH Aachen, Jerman Barat.
Ia berhasil mendapatkan gelar diploma ingenieur pada 1960 dan gelar doktor ingenieur pada 1965 dengan predikat summacumlaude.
Setelah menyelesaikan pendidikan, Habibie menetap di Hamburg dan bekerja di perusahaan penerbangan di Jerman, Messerschmitt-Bölkow-Blohm.
Dia juga telah mendapat hak istimewa sebagai warga kehormatan Jerman atas hasil karyanya di dunia penerbangan. Akan tetapi, kecintaannya terhadap Indonesia tidak pernah pudar.
Suami dari mendiang Hasri Ainun Besari itu akhirnya pulang ke Tanah Air atas permintaan Presiden Soeharto pada 1973.
Kariernya dimulai di perusahaan minyak negara Pertamina, lalu pada 1976, Habibie memimpin PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio atau IPTN yang kini menjadi PT Dirgantara Indonesia.
Pada 1978, Habibie ditunjuk menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi hingga 1997. Saat ini, Habibie menginisiasi pembuatan pesawat perintis yang diberi nama CN 25 Gatot Kaca.
Baca juga: Cinta Eyang Rudi dan Ainun kembali Bersemi di Nirwana
Setelah itu, Habibie menjabat Wakil Presiden ke-7 RI dan menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada 21 Mei 1998.
Meski singkat menjabat Presiden, Habibie berhasil membuat beragam perubahan dalam kehidupan bangsa. Seperti mengenai otonomi daerah, jaminan kemerdekaan berpendapat bagi masyarakat, dan penerapan kembali multipartai di pemilu.
Salah satu yang paling dikenang adalah kisah cinta sejatinya dengan Hasri Ainun Besari yang diabadikan di novel dan layar kaca dengan judul Habibie dan Ainun.
Novel karya mendiang BJ Habibie mengisahkan perjalanan hidup pasangan soulmate ini. Pada 22 Maret 2010, Ainun meninggal dunia saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Ludwig-Maximilians-Universitat, Klinikum Gro`hadern, Munchen, Jerman.
BJ Habibie selalu mendampingi Ainun selama perawatan, di masa kritis, hingga saat terakhir. Bahkan, selama dua bulan terakhir, Habibie tidak pulang ke kediaman di Jerman untuk mendampingi kekasih hatinya.
Ainun kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta. Dan Habibie akan dimakamkan di samping makam Ainun. Sang teknolog akan kembali mendampingi sang kekasih hati. (X-15)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved