Headline
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan
GERAKAN Pemuda (GP) Ansor minta pemerintah dan dinas terkait turun tangan menindaklanjuti beredarnya buku pelajaran tingkat Taman Kanak-kanak (TK) berbau radikalisme di Depok. Buku itu pun selayakanya ditarik dari peredaran.
"Karena ini mengandung dan menanamkan benih radikalisme di anak usia emas," kata Sekjen GP Ansor Abdurochman saat berbincang dengan Metrotvnews.com, Kamis (21/1/2016).
Menurut Adung, beredarnya buku berbau radikalisme di kalangan anak membahayakan. Sebab, istklah-istilah radikalisme yang ada di buku itu dapat berdampak pada anak saat usianya menginjak dewasa.
"Bahaya ketika anak-anak di usia emas ini sudah tertanam di memorinya dan akrab dengan istilah-istilah itu. 15 sampai 20 tahun kemudian, tentu akan familiar," tambah Adung.
Selain menarik dari peredaran, GP Ansor juga menyarankan pada guru-guru TK agar lebih selektof terhadap buku bacaan bagi anak didiknya.
"Harus menarik. Kepada TK juga sebaiknya tidak menggunakan buku-buku yang bisa mengajarkan kekerasan dan intoleransi," imbuhnya.
Sebelumnya, GP Ansor menemukan buku pelajaran untuk tingkat Taman Kanak-kanak yang berbau unsur radikalisme beredar di Depok, Jawa Barat. Penemuan itu didasarkan atas laporan orangtua salah satu murid TK, Selasa 19 Januari.
Wakil Ketua Umum GP Ansor Benny Rhamdani mengatakan, bahwa ada upaya pihak-pihak tertentu, yang senantiasa menggunakan media sekolah untuk menyebarkan benih radikalisme.
"Salah satunya lewat buku ini. Ini patut diduga upaya mencuci otak kepada anak-anak terkait paham radikalisme," ujar Benny saat menggelar konferensi pers di Jakarta.
Buku berbau unsur radikalisme itu dikemas dalam bentuk metode belajar membaca praktis berjudul 'Anak Islam suka membaca'. Di dalamnya terdapat 32 kalimat yang mengarahkan kepada tindakan radikalisme diantaranya sabotase, gelora hati ke Saudi, bom, sahid di medan jihad, hingga cari lokasi di Kota Bekasi.
Selain itu ada juga kalimat dan kata-kata yang mengandung radikalisme seperti 'rela mati bela agama', 'gegana ada di mana', 'bila agama kita dihina kita tiada rela', 'basok dibawa lari', dan 'kenapa fobia pada agama'.
Sebagai bukti, Benny menunjukkan buku dengan lima jilid. Cetakan pertama tahun 1999, kemudian tahun 2015 sudah mencapai cetakan ke 167 dengan penerbit Pustaka Amanah di Jalan Cakra No. 30 Kauman, Solo.(OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved