Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Warga Diimbau tidak Sembarang Unggah Data Kependudukan

Insi Nantika Jelita
28/7/2019 14:30
Warga Diimbau tidak Sembarang Unggah Data Kependudukan
Warga Kelurahan Kota, Kota Lhokseumawe menunjukkan KTP-E miliknya.(ANTARA/Rahmad)

MASYARAKAT diimbau jangan mudah mengunggah data kependudukan, seperti KTP elektronik (KTP-E), Kartu Keluarga (KK), atau Kartu Identitas Anak (KIA) ke media sosial.

Sebab, data itu akan muncul dalam mesin pencari Google sehingga mudah disalahgunakan bahkan diperjualbelikan para "pemulung data".

"Banyaknya gambar KTP-E dan KK yang tersebar di Google juga menjadi celah bagi oknum yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan kejahatan," kata Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri (Dirjen Dukcapil Kemendagri) Zudan Arif Fakrulloh dalam keterangan resmi, Minggu (28/7).

Pernyataan Zudan menanggapi praktik jual beli data Nomor Induk Kependudukan (NIK), KTP-E, dan KK oleh sebuah grup tertutup Dream Market Official yang viral hari-hari ini.

Selama ini, kata Zudan, banyak sekali data dan gambar KTP-E serta KK berseliweran di Medsos dan laman pencarian Google.

"Sekadar contoh, ketik 'KTP elektronik' di Google, dalam sekedipan mata (0,46 detik) muncul 8.750.000 data dan gambar KTP elektronik yang gambarnya tidak diblur sehingga datanya terpampang atau terbaca dengan jelas. Begitu juga ketika ketik clue 'Kartu Keluarga' di google, maka dalam waktu 0,56 detik muncul tidak kurang 38.700.000 hasil data dan gambar KK," jelas Zudan.

Baca juga: KPK: Belum Ada Tersangka Baru Kasus E-KTP

Bahkan, lanjut Zudan, masyarakat pun dengan enteng menyerahkan copy KTP-E, KK untuk suatu keperluan, seperti mengurus SIM dan lainnya melalui biro jasa.

"Data KTP-E dan Nomor HP kita itu sudah kita sebar luaskan sendiri saat masuk hotel, perkantoran, dan lain-lain. Tidak ada jaminan data tadi aman tidak dibagikan ke pihak lain sehingga muncul banyak penipuan. Untuk itu hati-hati," kata Zudan.

Begitu juga ketika mengisi ulang pulsa di konter atau warung kerap diminta menulis sendiri nomor HP di sebuah buku. Data Nomor HP di buku tadi ternyata laku dijual dan ada pembelinya.

“Yang mengakses itu (bisa melacak) passwordnya kan, kita tidak tahu siapa sedang mengambil data siapa,” tukasnya. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya