Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
KARUT-MARUT situasi politik di tanah air saat ini ditengarai karena masih banyak politisi yang tidak menjalankan politiknya dengan etika. Mental para politisi yang cenderung mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok serta memaksakan kehendak seperti yang terjadi pasca Pemilu serentak 2019 menunjukan bahwa elit politik kita belum memiliki spiritualitas dalam berpolitik.
"Kalau kita cermati fakta sekarang, yang muncul ke permukaan dalam politik Indonesia hari ini adalah agama, padahal bukan agama yang penting dalam politik untuk membuat politik kita baik dan bermartabat tetapi spiritualitas yang menyangkut dimensi terdalam diri manusia yang menjadi sumber nilai dan etika bagi kehidupan, bahkan untuk menyucikan agama dan politik itu sendiri," kata Pengajar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Peter Canisius Aman, OFM dalam Refleksi Politik Pasca Pemilu 2019 yang diselenggarakan Vox Point Indonesia di Jakarta, Selasa (28/5).
Baca juga: Bule yang Tuding Pemerintahan Jokowi Komunis Ditangkap Polisi
Menurut dia, dimensi agama bisa berbahaya bagi politik karena agama mudah dipolitisasi dan dieksploitasi termasuk untuk kepentingan-kepentingan yang berlawanan dengan nilai-nilai luhur politik yaitu menyangkut kebaikan dan kesejahteraan bersama. "Fakta saat ini memperlihatkan betapa agama dipakai secara sangat brutal untuk kepentingan politik. Karena itu bukan agama yang penting bagi politik tapi spiritualitas sebagai sumber inspirasi terdalam hidup manusia," jelas Peter.
Jika politisi memiliki spiritualitas dalam menjalankan misi politiknya kata Peter maka seharusnya wajah politik Indonesia saat ini adalah wajah politik yang bermartabat, tidak melibatkan kekerasan, tidak mengedepankan egoisme, tidak menghasut, dan tidak menebar ujaran-ujaran kebencian.
"Bahkan tidak jarang agama dipakai untuk melegitimasi hal-hal ini. Tentu saja tidak benar. Dan karena itu perlu dimensi spiritual yang melampaui agama agar politik dan politisi kita benar-benar punya nilai. Bagi saya kalau politisi itu tidak punya spiriutalitas, itu samahalnya kita punya badan tetapi tidak punya jiwa," tukas Peter.
Baca juga: Satu Malam ditahan, Sofyan Basir Sakit
Politisi yang memiliki spiritualitas adalah mereka-mereka yang sudah selesai dengan dirinya sendiri dan sepenuhnya mengabdi bagi kepentingan dan kebaikan bersama.
"Orang-orang seperti Nelson Mandela, Gandi adalah politisi yang sekaligus memiliki spiritualitas, karena keberpihakan mereka pada kemanusiaan, keadilan, pada nilai-nilai kesejahteraan umum itu jelas dan nyata sekaligus tidak bisa dikompromikan. Watak politisi seperti inilah yang kita butuhkan saat ini di Indonesia," tegasnya.
Ditambahkan oleh Ketua Umum Vox Point Indonesia Yohanes Handoyo Budhisejati, bahwa situasi politik pasca Pilpres 2019 jangan sampai membawa bangsa ini pada perpecahan. "Jalan konstitusional melalui MK sudah ditempuh, tinggal kita kawal bersama. Ada penumpang-penumpang gelap yang coba memanfaatkan situasi tentu harus kita lawan bersama karena kita ingin agar Indonesia ini tetap tegak berdiri dengan 4 konsensus dasarnya," pungkas Handoyo.(OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved