Headline
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan
Pakar Media Sosial Ismail Fahmi mengibaratkan situasi media sosial saat ini layaknya Padang Kurukshetra dalam cerita dalam epos Mahabharata.
"Karena di sini mereka akan meraup orang orang yang belum pasti," tutur Ismail dalam diskusi yang dilakukan Center of Reform on Economics (CORE) jelang debat kandidat dengan tema infrastruktur, pangan, dan energi di Jakarta, kemarin.
Ismail menilai segala percakapan maupun unggahan yang dilakukan di media sosial lebih kepada untuk pembentukan persepsi." Jadi perang di media sosial saat ini ialah perang persepsi dan sering kali persepsi itu bukan berarti kebenaran."
Misalnya, terkait dengan capres 02 selalu diasosiasikan dengan raja hoaks, pembohong, prabohong, dan persepsi lainnya yang dibangun. Begitu juga untuk capres 01 yang dipersepsikan tukang tipu, ingkar janji, dan persepsi lainnya yang menyudutkan.
Berbagai persepsi tersebut terus-menerus dibangun dengan menggunakan berbagai macam isu sehingga orang menjadi tidak memilih salah satu calon. Diharapkan ketika is-isu media sosial tersebut sampai kepada orang orang, mereka akan terpengaruh secara preference-nya.
Tidak berlebihan jika dikatakan saat ini perang yang terjadi terkait dengan kampanye justru terjadi di media sosial. Media sosial, seperti Twitter menjadi media yang paling banyak digunakan untuk perang persepsi karena bersifat head to head dan terlihat dalam trending topic.
CORE memperkirakan ada dua isu yang akan mendapatkan sorotan utama di debat kedua, yakni infrastruktur dan pangan.
"Karena energi enggak begitu banyak yang tahu isunya, kemudian diskusinya hanya potongan-potongan kecil. Kalau diskusi infrastruktur, diskusinya akan hitam putih," kata ekonom CORE Indonesia Ahmad Akhbar Susamto.
Di satu sisi, isu pembangunan infrastruktur dianggap sebagai keberhasilan pemerintah sepanjang lima tahun terakhir. Tak hanya itu, pembangunan infrastruktur juga dinilai sebagai jawaban atas tingginya ongkos logistik di Tanah Air.
Namun, infrastruktur yang dibangun menyisakan pekerjaan rumah, yakni dari sisi keterjangkauan harga (operasional) hingga dampaknya bagi masyarakat sekitar yang belum dirasakan.(Dro/P-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved