Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Kaum Muda Paling Mudah Disusupi Ideologi Terorisme, Ini yang Harus Dilakukan

Damar Iradat
28/9/2015 00:00
 Kaum Muda Paling Mudah Disusupi Ideologi Terorisme, Ini yang Harus Dilakukan
(ILUSTRASI--ANTARA/Nyoman Budhiana)
Paham terorisme dan radikalisme kerap menyerang pemuda. Labilnya pemuda dalam mencari jati diri dinilai jadi poin yang dimanfaatkan para teroris merekrut anak muda.

Dalam diskusi yang digelar oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) bertajuk 'Early Warning Pemahaman Radikal-Terorisme bagi Perempuan dan Pemuda' di kampus Universitas Islam Makassar, Senin (28/9), Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Mayjen Abdulrahman Kadir mengakui jika pemuda merupakan yang paling banyak diincar oleh gerakan-gerakan radikal dan teroris.

"Pemuda adalah harapan bangsa. Tidak dapat dipungkiri kalimat ini mengandung kebenaran. Eksistensi suatu negara ada di pemuda. Kalau pemuda bobrok, masa depan bangsa dipertanyakan. Apalagi kalau pemuda sudah terkena paham terorisme dan radikalisme," kata Abdulrahman dalam sambutannya.

Kelompok radikal terorisme, kata Abdulrahman, memanfaatkan kelemahan pemuda. Apalagi pemuda merupakan tahap labil, di mana seseorang tengah mencari-cari jati dirinya.

"Artinya seorang manusia sedang giat-giatnya memproses karakter. Output proses ini sangat tergantung dengan pembentukannya. Proses ini rawan. Gerakan-gerakan terosisme memberi doktrin-doktrin yang menyesatkan," ujarnya.

Agar ideologi terorisme dan radikal dapat ditangkal masik ke para pemuda, tambah Abdulrahman, dibutuhkan semua pihak. "Untuk itu semua pihak harus membentengi pemikiran-pemikiran yang radikal dan ekstrem," jelas dia.

Ragam pemahaman agama yang berbeda di setiap organisasi juga dianggap bisa memicu munculnya paham-paham radikalisme dan terorisme. Apalagi, di dunia perkuliahan, marak organisasi yang berbau keagamaan beredar.

"Pada umumnya kita masih dapat artikan agama secara leksikal. Oleh karena itu, kami gandeng universitas maupun perguruan tinggi Islam, kita ajak bicara, bentuk kurikulum yang bicara masalah agama," jelas Abdulrahman.

Nantinya, koordinasi tersebut akan mencoba membuat bagaimana kurikulum yang berkaitan dengan masalah keagamaan yang tidak bertentangan dengan paham agama. "Itu kan untuk bisa mengkonter isu radikalisme dan terorisme," pungkasnya.(Q-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya