Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Definisi Sosok Pahlawan di Era Milenial Perlu Diubah

(Gol/P-1)
11/11/2018 10:15
Definisi Sosok Pahlawan di Era Milenial Perlu Diubah
(ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

PEMERINTAH perlu membuat kebijakan baru terkait dengan pendefinisian pahlawan di era milenial. Mekanisme itu tidak melulu untuk menetapkan seseorang sebagai pahlawan nasional, tapi juga bisa berupa penghargaan terhadap mereka yang dinilai berjasa besar di bidang masing-masing.

Demikian dikatakan sejarawan Bondan Kanumoyoso di sela-sela diskusi Superheroes: Inspirasi Kepahlawanan di Tengah Kemajemukan Indonesia, di Jakarta, kemarin.

Kegiatan yang diselenggarakan komunitas Ngobrolin Indonesia itu juga menghadirkan beberapa narasumber, seperti Ren Anggun selaku aktivis Kabar Bumi, Direktur Eksekutif Kapal Perempuan Misi Misiyah, dan Direktur Eksekutif Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari Gita Syahrani.

Menurut Bondan, makna pahlawan di era milenial telah bergeser. Itu kaitannya dengan tantangan zaman yang dihadapi yang dianggap semakin luas.

“Beda dengan generasi saya yang menilai pahlawan adalah orang yang tentu berjasa besar buat negara, misalnya membela kemerdekaan dan kedaulatan yang ancamannya berasal dari luar,” kata dia.

Bagi generasi muda, sambung dia, musuh itu tidak konkret datang dari luar atau yang sifatnya mengancam kedaulatan. Generasi muda menghadapi pelbagai masalah yang menyangkut semua aspek dan sendi kehidupan, seperti lingkungan hidup, sosial, tenaga kerja, seni, dan teknologi.

“Makanya saya kira pemerintah sebaiknya membuat satu pendefinisian baru. Karena suatu masa kita akan mengalami krisis pahlawan kalau definisi tidak kita ubah, sementara pahlawan-pahlawan baru terus muncul. Tapi kan ini enggak terwadahi,” tukas Bondan.

Ren Anggun menambahkan bahwa gelar pahlawan juga bisa disematkan kepada buruh migran. Selain dicap sebagai sumber devisa negara, para tenaga kerja itu juga berhasil menyokong perekonomian terbesar, khususnya di wilayah perdesaan.

“Pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan nasib buruh mig-ran, seperti persoalan hukum, ancaman hukuman mati, peleceh-an seksual, kekerasan fisik. Kita butuh perlindungan dan tidak menginginkan julukan pahlawan devisa,” ujar Ren.

Hal senada disampaikan Gita Syahrani. Menurutnya, pahlawan di generasi saat ini adalah mereka yang berani mengembalikan identitas lingkungan. Maklum, kasus pembalakan hutan terbukti berdampak luas pada kehidupan masyarakat.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik