Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
REKTOR UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 1998-2006, Azyumardi Azra, dalam seminar di sebuah hotel di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pekan lalu, menceritakan anaknya yang kuliah di Universitas Indonesia (UI) pernah didekati kelompok-kelompok radikal.
Beruntung sang anak bertanya kepada dirinya sehingga akhirnya dia pun menolak ajakan kelompok tersebut.
Pengalaman Azyumardi menggambarkan betapa anasir radikal telah merasuki keseharian kampus di Tanah Air. Terlebih setelah Tim Densus 88 Antiteror menangkap seorang tersangka teroris dan dua saksi di Universitas Riau (Unri) pada Sabtu (2/6).
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Hamli yang menjadi pembicara dalam seminar itu memberikan res-pons atas pengalaman Azyumardi tersebut.
"Saya sampaikan hal itu tidak hanya di UI, tetapi di universitas negeri di Jawa, dari barat ke timur, sambil saya sebutkan contoh tujuh universitas negeri. Saya juga mengatakan adanya sejumlah universitas di luar Jawa yang terpapar radikalisme. BNPT punya data, tetapi tidak boleh diungkap," kata Hamli.
Sebelumnya, Kepala BIN Budi Gunawan di Kongres IV BEM di Semarang, Sabtu (28/4), menyatakan sekitar 39% mahasiswa perguruan tinggi telah terpapar paham radikal (lihat grafik).
Dari survei yang dilakukan, lanjut Budi, diperoleh data 24% mahasiswa dan 23,3% pelajar SMA setuju dengan jihad untuk tegaknya negara Islam. "Kondisi ini mengkhawatirkan karena mengancam keberlangsungan NKRI."
Oleh karena itu, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Forum Rektor Indonesia (FRI) Asep Saifuddin menekankan mahasiswa harus disadarkan bahwa pemikiran radikal hanya menghabiskan energi di tengah dunia yang bergerak cepat dengan model pembangunan berbasis inovasi.
"Mereka lebih baik memikirkan upaya konkret menjabarkan Pancasila. Indonesia butuh kekompakan untuk maju. Bukan mencari alternatif sistem kenegaraan yang sudah selesai sejak proklamasi kemerdekaan," ujar Asep.
Peristiwa tertangkapnya tiga terduga teroris di kampus Unri, Sabtu (2/6), menjadi perhatian Menag Lukman Hakim Saifuddin. Sebagai pembina perguruan tinggi keagamaan Islam, Menag menilai kebebasan kampus sama sekali bukan bermakna bebas melakukan upaya terorisme.
Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Yos Johan Utama segera me-ngumpulkan para rektor yang tergabung dalam FRI untuk membahas persoalan paham radikal di perguruan tinggi. "Cukup memprihatinkan data BNPT yang menyatakan UI, ITB, IPB, ITS, Undip, Unair, dan Unibraw terpapar paham radikal. Kami meminta data itu sebagai bahan koreksi."
Terkait JAD
Seorang tersangka teroris, Mnz, yang ditangkap Tim Densus 88 Antiteror di Unri, Pekanbaru, Sabtu (2/6), memiliki kaitan dengan pelaku teror sebelumnya. "Mnz terlibat penyerangan oleh kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Sidoarjo, Surabaya, dan Polda Riau belum lama ini. Semua keterangan Mnz terkait dengan jaringan Batty Bagus Nugraha alias Kholid, anggota JAD yang tewas dalam penangkapan kelompok JAD Bekasi dan JAD Pekalongan, Minggu (13/5), di Terminal Pasir Hayam, Cianjur," ungkap Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto, kemarin.
Dalam penggerebekan di Unri, Polri menyita barang bukti berupa serbuk putih yang teridentifikasi sebagai TATP atau bahan peledak jenis high explosive, potasium nitrat (campuran bahan peledak), pupuk KNO3, cairan bening teridentifikasi sebagi zinch sulfat, dan granat rakitan.
Wakapolri Komjen Syafruddin mengatakan penangkapan tiga terduga teroris merupakan hasil pengembangan dari kasus sebelumnya. "Kita jangan menggeneralisasi semua kampus masuk (disusupi jaringan teroris)." (Uks/Nda/Bay/Ant/DW/AS/X-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved