Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
SEBANYAK 23 orang warga Ahmadiyah terpaksa diamankan di Polres Lombok Timur setelah terjadi perusakan rumah mereka oleh warga setempat di Dusun Lau Eat, Desa Greneng, Kecamatan Sakra, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Sabtu siang.
Dari 23 orang ini terdiri atas 8 perempuan, 3 laki-laki, dan 12 anak-anak.
"Tidak ada korban jiwa ataupun luka-luka, dan sekarang mereka sudah kita evakuasi sementara waktu di polres," kata Kapolres Lombok Timur, Ajun Komisaris Besar (AKB) M Eka Fathur R.
Menurutnya, delapan rumah permanen penganut Ahmadiyah dirusak warga sekitar yang tidak menginginkan adanya warga Ahmadiyah di lingkungan setempat.
''Sebetulnya sejak tahun 1990 masalah ini sudah ada. Kini setelah dievakuasi, mereka akan dipindahkan ke tempat yang lebih layak, yakni di Loka Latihan Kerja Kabupaten Lombok Timur, sambil kita melakukan mediasi dengan warga setempat supaya kejadian serupa tidak terulang kembali,'' imbuhnya.
Kejadian itu berawal sekitar pukul 12.00 Wita sekelompok massa tiba-tiba merusak rumah warga yang diduga penganut Ahmadiyah.
Aksi dimulai dengan merusak rumah Idun di Dusun Greneng Timur, kemudian merusak rumah Amaq Us di Gubuk Greneng dan dilanjutkan ke rumah Jainal Abidin, Jasman, dan Usnawati di Gubuk Grebek.
Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) meminta warga untuk menghentikan kekerasan terkait adanya penyerangan terhadap warga Ahmadiyah di Lombok Timur.
TGB meminta warga untuk menghormati bulan suci Ramadan. Pernyataan itu disampaikan oleh TGB di akun Twitter-nya @tgbID.
Dia meminta warga untuk saling menghormati satu sama lain. 'Hentikan semua perbuatan permusuhan apalagi kekerasan, hormati Ramadan, hormati hak setiap orang untuk hidup dengan aman dan damai sesuai keyakinannya,' tulis TGB.
Intoleransi
Ketua Setara Institute Hendardi mengatakan kebencian dan intoleransi yang tumbuh di masyarakat harus ditangani sebagai tantangan dan potensi ancaman keamanan nyata. Sebab, menurutnya, intoleransi ialah tangga pertama menuju terorisme.
"Terorisme ialah puncak intoleransi. Oleh karena itu, energi pemberantasan terorisme harus dimulai dari hulu, yakni intoleransi sebagaimana yang terjadi di Lombok Timur ini. Jika dibiarkan, aspirasi politik kebencian dan intoleransi dapat berinkubasi menjadi aksi-aksi terorisme," kata Hendardi.
Hendardi mengatakan indikasi akan adanya aksi persekusi sudah dirasakan warga Ahmadiyah sejak Maret. Beberapa kali dialog dengan warga Ahmadiyah juga dihadiri oleh aparat Polsek Sakra Timur dan Polres Lombok Timur. (P-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved