Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
SEMUA yang ada dalam ruangan itu berdiri. Sekejap kemudian, lagu kebangsaan Indonesia Raya dilantunkan.
Masing-masing yang hadir juga membawa bendera Merah Putih. Lagu kebangsaan itu tuntas dilantunkan hingga bait yang terakhir.
Tak hanya orang dewasa, remaja dan belasan anak usia dini juga turut melantunkan lagu kebangsaan tersebut.
Bersama orangtua masing-masing, mereka juga khidmat menyanyikan Indonesia Raya. Tak pelak, suasana haru menjelajahi seiisi ruangan.
Menyanyikan Indonesia Raya secara bersama-sama merupakan hal yang istimewa. Terlebih, jika yang melantunkan para mantan narapidana terorisme bersama keluarga mereka.
Melantunkan lagu pusaka itu sekaligus membuktikan, sejak detik itu telah tumbuh kembali nasionalisme dalam dada sanubari mereka.
Ya itulah, sepenggal kegiatan yang dilakukan Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP), sebuah lembaga deradikalisasi di Kabupaten Lamongan.
Acara yang dikemas dalam rangka silaturahim Kementerian Sosial (Kemensos) bersama YLP itu digelar di sebuah hotel di kawasan pesisir Lamongan.
Meski berada di pelosok dusun, lembaga itu berusaha menyemai ulang rasa nasionalisme kepada para mantan narapidana terorisme.
Keberdaan YLP dirasa sangat membantu para mantan narapidana terorisme dari berbagai daerah yang telah insaf dan kembali ke pangkuan NKRI, terutama dalam upaya mereka bersosiali-sasi dengan masyarakat sekitar tempat tinggal mereka.
Apalagi, mereka juga mengalami kendala psikologis saat hadir kembali dalam lingkungan masyarakat sekitar.
Khoirul Ihwan, 30, salah satunya. Ia mengaku tidak mudah baginya bersama keluarga untuk bisa mengawali hidup dan berbaur dengan masyarakat luas.
"Kami butuh pendampingan dan pelatihan keterampilan agar bisa mandiri," akunya
Ia meyakini keterampilan itu akan menjadi bekal untuk hidup dan berinteraksi dengan baik bersama masyarakat luas. Ia juga merasa terbantu dengan adanya YLP.
"Berat berjuang sendiri, Mas, dan sangat ingin dapat pelatihan membuat fasilitas hidroponik," terangnya.
Beruntung YLP hadir memberikan dukungan. Bahkan, Kemensos juga memfasilitasi pelatihan keterampilan untuk bekal berbaur di tengah masyarakat agar memiliki keahlian yang memadai, termasuk memfasilitasi keluarga mereka untuk mendapatkan kartu Indonesia sehat (KIS) dan kartu Indonesia pintar (KIP), yang merupakan bagian dari Program Keluarga Harapan (PKH).
Pendiri YLP, Ali Fauzi, mengatakan ada sekitar 50 mantan narapidana terorisme yang telah kembali pada pangkuan NKRI.
Pembina Yayayan Lingkar Perdamaian (YLP), Muhammad Chozin, menambahkan lahirnya lembaga yang dikelolanya tak lepas dari upaya bersama BNPT, Mabes Polri, dan keluarganya.
Lembaga tersebut sengaja dididirikan dengan tujuan turut menyemai kedamaian bagi mayarakat sekitar.
Menurut kakak terpidana mati Amrozi dan Mukhlas itu, pascaperistiwa bom Bali I dan II, keluarganya disibukkan dengan beberapa masalah karena tiga saudaranya bersama Ali Ghufron terlibat pengeboman di Bali pada 2002 silam.
"Sekarang yang utamanya bagaimana menciptakan kedamai-an sekaligus menguranggi tin-dakan kekerasan,''ungkapnya.
Chozin berharap dengan adanya yayasan tersebut, ada pemahaman kedamaian, juga tindakan kekerasan bisa diminimalisasi sejak usia dini.
Dia juga bersyukur karena pendirian lembaga tersebut ternyata mendapat dukungan berbagai pihak, termasuk kedatangan 34 simpatisan mantan narapidana terorisme dari berbagai daerah. (Ant/P-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved