Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Kemanusiaan tanpa Batas

Abdus Syukur
15/5/2018 07:20
Kemanusiaan tanpa Batas
Ais, bocah perempuan berumur delapan tahun, berjalan sempoyongan lalu digendong Kasat Narkoba Polrestabes Surabaya AKB Roni Faisal Saiful beberapa detik setelah ledakan bom bunuh diri di gerbang Kantor Polrestabes Surabaya, Jawa Timur, kemarin.(YOUTUBE)

LAKI-LAKI bercelana biru itu sigap menghampiri seorang anak perempuan yang terhuyung di dekat dua sepeda motor yang hancur berantakan.

Tanpa menghiraukan bahaya yang masih mengintai dan teriakan larangan orang banyak, pria berkaus putih itu nekat mengendong bocah delapan tahun itu menjauh dari pintu gerbang Kantor Polrestabes Surabaya, kemarin.

Pria yang juga mengenakan rompi antipeluru itu tidak lain ialah Kasat Narkoba Polrestabes Surabaya, Roni Faisal Saiful.

"Saya tidak peduli ada bom lagi atau tidak, anak ini harus selamat. Saya mendengar dia minta tolong dengan suara lirih. Anak itu berdiri dan nyaris jatuh. Anak itu terlempar sekitar 3 meter," Roni menceritakan kronologi ketika dia menggendong anak yang diketahui bernama Ais beberapa saat setelah ledakan bom mengguncang Kantor Polrestabes Surabaya, kemarin pagi.

Berdasarkan rekaman CCTV Polrestabes Surabaya, kejadian tragis itu bermula dari dua pengendara sepeda motor yang hendak melewati gerbang lalu dihadang petugas dan terjadilah ledakan. Tampak seorang anak perempuan berjilbab yang awalnya dibonceng sempat bangun dan melihat kedua orangtuanya tergeletak. Roni, yang melihat anak itu berdiri sambil terhuyung-huyung, langsung berlari dan menggendongnya untuk menjauh dari pusat ledakan.

Roni mengaku semata-mata mengandalkan nalurinya sebagai seorang ayah yang memiliki anak ketika menggendong anak tersebut. Beruntung ketika Roni berlari menggendong anak tersebut, beberapa anggota kepolisian mendekat untuk memberikan pertolongan.

"Waktu itu saya belum tahu apakah dia anak dari pelaku (pengeboman) atau bukan. Saya hanya berpikir bagaimana anak ini selamat," lanjut polisi berpangkat ajun komisaris besar itu kepada Media Indonesia.

Sewaktu berada di dalam gendongan Roni, Ais yang ternyata anak pelaku pengeboman tak bisa diajak berbicara sama sekali. Dia kelihatan menahan rasa sakit atas luka-lukanya. Roni lalu meminta teman-temannya melakukan penanganan segera. Seorang petugas pun membawa Ais ke rumah sakit pelabuhan.

"Begitu dibawa ke rumah sakit, saya lega sudah membawa anak itu keluar dari bekas-bekas bom. Dia selamat," ujar Roni lirih.

Ledakan bom di Kantor Polrestabes Surabaya kemarin merupakan peristiwa kedua setelah sehari sebelumnya (Minggu, 13/5) tiga gereja di Kota Surabaya menjadi sasaran bom bunuh diri yang pelakunya merupakan satu keluarga.

Dalam ledakan itu, petugas mendata ada 10 korban. Empat anggota kepolisian dan enam lainnya warga sipil. Para korban yaitu Bripda M Maufan, Bripka Rendra, Aipda Umar, dan Briptu Dimas Indra. Enam korban dari warga sipil ialah Atik Budi Setya Rahayu, Raden Aidi Ramadan, Ari Hartono, Ratih Atri Rahma, Eli Hamidah, dan Ainur Rofik.

Rasa kemanusiaan tidak berbatas yang sudah ditunjukkan Roni Faisal Saiful mengingatkan kita akan sosok Achmad Usman yang membopong Elizabeth Manuela Babina Muzu. Perempuan lima tahun yang biasa dipanggil Nunu itu menjadi korban bom Kedubes Australia di Jakarta pada 9 September 2004, pukul 10.15 WIB.

Achmad yang waktu itu tengah bekerja di Pasar Festival menghambur ke lokasi ledakan. dan menemukan beberapa tubuh bergelimpangan di jalanan.

Saat itulah Achmad melihat Nunu penuh luka tergolek pingsan. Anak malang itu pun segera digendongnya. Dengan berlari Achmad membawa Nunu ke rumah sakit terdekat.

Semua orang yang berkerumun memberinya jalan. Beruntung Achmad bisa mengantarkan Nunu hingga ke ruang gawat darurat tanpa peduli tangannya penuh darah. (Faishol Taselan/Antara/X-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya