Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Kejar Ambang Batas, Hanura Dekati Pemilih Milenial

Golda Eksa
12/5/2018 13:00
Kejar Ambang Batas, Hanura Dekati Pemilih Milenial
(ANTARA FOTO/Fanny Octavianus)

BERGABUNGNYA puluhan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) ke Partai Hanura diprediksi bakal menambah amunisi untuk berlaga pada Pemilu 2019. Hanura pun optimistis elektabilitasnya yang terus meningkat nantinya dapat melampaui ketentuan ambang batas parlemen 4%.

Hal itu dikemukakan Wakil Ketua Umum DPP Partai Hanura Sutrisno Iwantono di sela-sela diskusi Mengejar Ambang Batas Parlemen di Cikini, Jakarta, Sabtu (12/5). Sebelumnya, hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyebutkan Hanura merupakan satu dari 5 partai di DPR yang elektabilitasnya berada di bawah ambang batas.

"Dari dulu Hanura selalu diledek seperti itu, dua kali pemilu dengan survei paling rendah. Namun kenyataannya Hanura selalu lolos, seperti Pemilu 2014 dengan hasil 5,26%," ujar Sutrisno.

Selain kehadiran anggota DPD, sambung dia, partai yang dipimpin oleh Oesman Sapta Odang itu juga terus bergerak dengan menerapkan sejumlah strategi guna meraih suara masyarakat. Amunisi partai pun semakin kuat dengan bergabungnya sejumlah mantan kepala daerah, mantan deputi kementerian, atlet nasional, dan aktivis organisasi kampus.

"Nah, ini belum kita umumkan siapa-siapa tokoh baru yang masuk. Kita masih menunggu waktu. Intinya, kami punya strategi agar jangan gembar-gembor di depan tetapi malah busuk di tengah jalan. Itulah yang perlu kita lihat."

Meski demikian, sambung dia, Hanura pun tidak lantas berpuas diri dengan komposisi kekuatan baru yang dimiliki. Saat ini Hanura tengah mendekati kelompok pemilih milenial yang cenderung gamang menentukan pilihan (swing voters).

Menurut dia, menarik pemilih milenial merupakan keniscayaan. Pemilih millenial bukan hanya dibutuhkan suaranya, namun perlu diyakinkan bahwa mereka adalah generasi penerus yang nantinya memimpin dan harapan masa depan bangsa.

"Sehingga pendekatan ke mereka juga harus khusus. Kita punya trik zaman now terkait preferensi mereka, seperti penggunan medsos, online. Sekarang kita sudah merekrut orang-orang yang paham mengenai karakteristik dan sifat-sifat kesukaan dari golongan ini. Intinya tidak boleh menggunakan model lama," katanya.

Upaya tersebut diakui Sutrisno menjadi langkah konkret untuk meminimalisir tingginya angka golput. Ia menuturkan, golput merupakan kelompok masyarakat yang sejatinya punya keinginan tertentu namun aspirasinya justru tidak terserap.

"Ibarat seorang marketer, itu ada konsumen dan produsen yang disebut sebagai voters. Nah, kalau mau jual barang, ya jangan melihat dari sisi kita saja. Kita harus melihat dari konsumen maunya apa keinginan yang dibutuhkan. Itulah fokus kita," pungkasnya. (OL-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik