Pushidrosal Siap Jadi Lembaga Kelas Dunia

PUSAT Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) terus melakukan pembenahan dalam rangka mengembangkan kinerja lembaganya menuju organisasi kelas dunia.

Pushidrosal yang masih dianggap sebagai lembaga yang mempersiapkan peta laut justru memiliki peran strategis baik pertahanan negara maupun ekonomi suatu negara.

"Kalau dulu seakan-akan pekerjaan Pushidrosal itu hanya membuat peta laut saja. Namun kini Hidrografi menjadi kunci gerbang perekonomian dan ujung tombak pertahanan laut Indonesia dan dalam rangka itu lembaga ini tengah mempersiapkan diri agar jadi lembaga kelas dunia," kata Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Kapushidrosal) Laksamana Muda TNI Dr Harjo Susmoro kepada wartawan di Jakarta, Senin (2/4).

Menurutnya, tanpa hidrografi pertahanan dan ekonomi suatu negara akan terganggu, sebab menurut survei data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor impor barang di Indonesia per tahunnya mencapai hampir mencapai Rp300 triliun.

"Kalau seandainya pajak diambil 15% maka pemerintah menerima 45 T, melalui laut," papar Harjo sambil menambahkan bahwa semua kapal yang mengadakan ekspor impor melalui laut dan faktor yang penting dalam pelayaran kapal dengan tujuan ekspor impor tersebut adalah peta laut agar laut bisa dilewati dengan mudah dan aman .

"Jadi laut itu harus dipetakan, kalau tidak nilai asuransi akan meningkat tingi karena akan sering terjadi tabrakan kapal di laut," sambung Harjo.

Ia menambahkan, dalam mengemban tugas tersebut, Pushidrosal sudah melakukan peningkatan eksistensi fungsinya di dunia internasional, yang semula hanya sebagai anggota IHO (International Hydrographic Organization) sejak April 2017 Pushidrosal sudah menjadi anggota Dewan IHO.

"Kemudian saya kembangkan lagi Pushidrosal agar memberikan pengaruh di tingkat regional yang tadinya hanya sebagai member di East Asia Hydrographic Commission (EAHC) yang anggotanya adalah China, Korea, Jepang, Kamboja, Vietnam, Malaysia, Brunei, Filipina, Thailand, dan Singapura," tuturnya.

Indonesia, kata dia, juga sudah menjadi member di North Indian Ocean Hydrographic Commission (NIOHC) di wilayah Samudra Hindia, anggotanya semua negara yang ada di wilayah Samudra Hindia, dan terakhir Februari 2018 sudah menjadi member di South West Pasific Hydrographic Commission (SWPHC) di Pasific Selatan.

Menurut Harjo, apabila Indonesia sudah menjadi anggota, artinya sekarang Indonesia sudah bisa memberi pengaruh di bidang hidrografi.

"Artinya Indonesia sudah mempunyai pengaruh hidrografi di sana, silakan pemerintah mau masuk ke sana dengan tujuan-tujuan lainnya, misalnya hubungan politik dengan negara-negara kecil di Pasifik, seperti Solomon, Fanuatu, Tonga, Kiripati, Oak Island, yang terkait dengan masalah Papua merdeka, ini kan sangat signifikan," sebut penerima Adhi Makayasa AAL 1987 ini.

Harjo juga mengatakan bahwa Indonesia sekarang di East Asia sudah dipercaya menjadi Vice Chairman selama tiga tahun ke depan, yang artinya setelah tiga tahun Indonesia bisa menjadi Chairman di EAHC, sedangkan di Selat Malaka, Pushidrosal sudah dipercaya menjadi Ketua Pengelola atau Chairman di MSS ENC yang selama ini dipegang oleh Singapura selama 10 tahun.

"Jadi Indonesia sebagai lembaga hidrografi nasional sudah diakui di dunia internasional, yang selama ini tidur, saya masuk NIOHC yang biasanya 4 tahun baru diakui, datang sebagai observer, dihari pertama langsung dinyatakan sebagai associate member, pada hari kedua dipertimbangkan menjadi full member, hari ketiga sudah menjadi full member yang artinya adalah Indonesia memiliki hak akan bisa menjadi ketua, dan sudah diminta pada 2019-2020 untuk menjadi wakil ketua dulu, karena kita sudah mempunyai kemampuan hidrografi," ungkap pria kelahiran Tegal 1965 ini.

"Harapannya mudah-mudahan di lima tahun mendatang Indonesia sudah ada perwakilan yang duduk di IHO, paling lambat 10 tahun mendatang kita menjadi direktur atau sekjen, saya sudah persiapkan orangnya agar kita menjadi pemimpin hidrografi dunia," pungkasnya. (RO/OL-1)