Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Pancasila Adalah Titik Temu

Putri Rosmalia Octaviyani
12/5/2017 07:35
Pancasila Adalah Titik Temu
(MI/Bary Fathahilah)

BANGSA Indonesia harus bersyukur dengan adanya Pancasila sebagai titik temu berbagai perbedaan pendapat terkait dengan ideologi.

"Kita tidak bisa hidup tanpa perbedaan. Agama mengatakan cari titik temu. Pancasila titik temu yang ada di Indonesia," ujar Quraish Shihab dalam rekaman acara Mata Najwa di Masjid Bayt Alquran, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Kamis (11/5) malam.

Acara itu menghadirkan juga pemuka agama Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.

Quraish mengatakan itu terkait dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini, yang tengah menghadapi intoleransi dan sikap sebagian kalangan yang menafikan keberagaman.

"Kejadian ini banyak terjadi beberapa waktu belakangan. Seseorang yang tidak memiliki cukup pengetahuan soal agama banyak berkomentar, tanpa sebelumnya mencari tahu. Bodoh, tidak tahu agama, ngomong. Emosi beragama berlebihan menjadi pengantar ekstremisme."

Menurut Quraish, saat ini banyak orang yang terpengaruh dan mau diadu domba. Untuk menghindarinya, seseorang harus sering bertemu.

Harus ada dialog dan kesepahaman untuk merasa bahwa kehidupan harus dipikul bersama agar tidak mudah diadu domba.

"Saya yakin orang yang paham Alquran tidak akan melakukan pemecahbelahan, termasuk pada nonmuslim," ujar Quraish.

Di sisi lain, Gus Mus mengaku saat ini memang banyak kasus seseorang sulit menerima perbedaan.

Banyak yang mendebatkan konsep moderat, padahal sesungguhnya Islam pada dasarnya memang gagasan yang moderat.

"Kita sekarang mengukur sesuatu seenak diri, tidak mau perbedaan. Kalau melihat Alquran dan Rasul, moderat itulah Islam. Bukan ada Islam moderat, tapi Islam memang moderat. Kalau tidak moderat, bukan Islam," ujar Gus Mus.

Menurut dia, segala yang ekstrem dilarang di Alquran termasuk dalam bernegara. Pejabat harus di tengah-tengah dan harus adil.

Kalau tidak, akan ada rakyatnya yang disepelekan.

"Islam itu adil. Banyak sekali perintah untuk adil. Anda tidak akan bisa adil kalau terlalu berlebihan. Memenuhi perintah Allah untuk adil tidak akan bisa dilakukan bila masih berlebihan, terutama dalam membenci," ujar Gus Mus.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menilai ancaman keberagaman Indonesia saat ini ialah munculnya monopoli pihak-pihak tertentu dalam menilai kebenaran.

Hal tersebut tidak sesuai dengan budaya Indonesia.

"Kondisi keberagamaan Indonesia, saya melihat secara makro kita harus bersyukur Indonesia di tengah kebera-gaman yang sangat kompleks sebenarnya masih memegang jati diri religiositas. Masih muncul di etnik dan wilayah mana pun," ujar Lukman.


Tingkatkan keilmuan

Untuk memperbaiki kondisi itu, menurut Gus Mus, yang perlu dilakukan ialah mening-katan keilmuan.

Seluruh umat beragama mesti terus mencari tahu dan tidak hanya melihat persoalan dari satu sisi.

"Intinya memang ilmu. Ja-ngan berhenti belajar. Kalau membela keyakinan, belajar tentang keyakinan Anda. Yang jadi masalah itu ialah orang yang tidak mengerti merasa mengerti," tutur Gus Mus.

Menag menambahkan banyak orang tidak menyelami agama lebih dalam sehingga menjadi salah satu ancaman keberagaman.

"Mereka yang belajar agama hanya secara formal dan kurang menyelami sisi luarnya yang tidak bisa menerima perbedaan." (X-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya