Ulama Sedunia Cemaskan Radikalisme

08/4/2017 11:55
Ulama Sedunia Cemaskan Radikalisme
(MI/M IRFAN)

RATUSAN ulama dari berbagai negara ASEAN dan sejumlah negara di Timur Tengah berkumpul membahas soal radikalisme di Bogor, Jumat (7/4).

Mereka mengemukakan keresahan yang senada bahwa radikalisme yang terjadi saat ini di dunia dianggap sudah sangat mengkhawatirkan.

Kecemasan tersebut terungkap dalam konferensi yang mengambil tema umat dan sunah persatuan umat dalam menghadapi ekstremisme dan radikalisme.

Konferensi berlangsung kemarin hingga hari ini, di R Hotel Rancamaya, Kota Bogor, Jawa Barat.

Hadir perwakilan-perwakilan dari ulama, dai, hingga aktivis Islam. Ada 120 peserta dari Indonesia, 80 orang dari ASEAN serta dari Timur Tengah.

Perwakilan negara-negara teluk seperti Bahrain, Qatar, Kuwait, Arab Saudi, Mesir, dan Sudan juga turut dalam konferensi.

Saat jumpa pers, Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi menegaskan konferensi tersebut bertujuan membangun persatuan dan kesatuan demi menghadapi kondisi yang terjadi di umat Islam.

"Kondisi ini tidak boleh mengalahkan rasa kita untuk bersatu dan bersama-sama. Ini juga merupakan tujun dari seluruh negara memerangi terorisme dan radikalisme."

Osama menyebutkan itu juga masuk materi kunjungan Raja Salman ke Indonesia dan nota kesepahaman yang dihasilkan.

Raja Salman menekankan keharusan meninggalkan kekerasan, radikalisme, terorisme, dan bagaimana membawa pada persatuan dan kemanusiaan.

"Ini merupakan risalah," ungkap Osama.

Hal senada disampaikan dr Hamdi Al Obeid dari Mesir.

Hamdi yang juga Sekjen Komite Internasional untuk Sunah Nabi itu mengatakan konferensi bertujuan mencari berbagai jalan menangkal aksi memecah belah umat Islam oleh paham radikal.

"Kita memuliakan Alquran, Rasulullah, dan para sahabat. Kita menolak segala bentuk upaya yang mendiskreditkan para sahabat. Karena pelecehan itu akan meluas kepada Islam," tegasnya.

Sementara itu, ketua penyelenggara konferensi Yusuf Usman Baisa dari Indonesia menyatakan bangsa Indonesia yang ramah dan cinta damai mulai dirusak virus-virus yang mengubah watak toleran menjadi intoleran.

Hal itu juga terjadi di berbagai belahan dunia.

Dalam sambutan pembukaan konferensi, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan mengatakan tindakan radikalisme menimbulkan perpecahan bangsa.

Padahal, Indonesia dengan mayoritas penduduk beragama Islam semestinya membentuk kekuatan yang besar dalam persatuan tanpa menafikan perbedaan.

"Tantangan kita, Indonesia, para ustaz, bagaimana yang mayoritas muslim ini, kita konversi jadi kekuatan ekonomi. Dibanding kita berdebat satu dengan yang lain. Bagaimana mayoritas 80% itu kita jadikan kekuatan politik. Jangan kalah terus. Jadi mari kita tangkal radikalisme dengan ini," pungkas Zulkifli. (DD/P-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya