Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
TIGA terduga teroris yang ditangkap di Lamongan, Jawa Timur, kemarin, berencana untuk menyerang Polsek Brondong, Lamongan, pekan depan.
Ketiga terduga teroris itu teridentifikasi bagian dari jaringan Jamaah Anshorut Daullah (JAD).
Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri Kombes Martinus Sitompul menjelaskan, salah satu terduga teroris, Hendis Efendi alias AB, yang merencanakan penyerangan Polsek Brondong dengan menggunakan empat senjata api.
"Keterlibatan AB ini merupakan bagian dari satu kelompok, yang mereka berencana melakukan penyerangan ke suatu polsek di Lamongan," ungkap Martinus di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (7/4).
Sementara itu, terduga teroris Zainal Anshori alias ZA merupakan orang yang ditunjuk Oman, napi kasus teroris yang ditahan di LP Nusakambangan, sebagai pimpinan JAD.
Peran ZA dan Zaenal Hasan alias ZH ialah menyiapkan senjata dalam rencana aksi tersebut.
ZA juga diketahui pernah ke Filipina untuk membeli lima pucuk senjata.
Dua senjata di antaranya diserahkan ke kelompok Afif untuk bom Thamrin.
"Pada peristiwa sebelumnya, ada pembelian senpi di Filipina. Dua senpi dipakai saat peristiwa bom Thamrin. Tiga lainnya masih dicari," jelas Martinus
Tidak hanya itu, ketiga terduga teroris itu juga terkait dengan penangkapan sebelumnya di beberapa daerah, seperti Bekasi, Tangerang, dan Serang.
Densus 88 menangkap ZA ketika berboncengan sepeda motor dengan AB di depan SMP Negeri 1 Paciran, sedangkan ZH ditangkap di Dusun Jetak, Desa Paciran, Lamongan.
Saat ditangkap, tidak ada perlawanan dari ketiganya.
Kapolres Lamongan, Ajun Komisaris Besar, Juda Nusa Putra, menyatakan pengerebekan pelaku terduga teroris di wilayah hukumnya berjalan lancar.
Dia mengakui penangkapan itu bukan dilakukan oleh Polres Lamongan, melainkan langsung oleh Tim Densus 88.
"Memang ada penangkapan terduga teroris di Lamongan oleh Densus 88," ujarnya.
Setelah dibekuk, para terduga teroris itu langsung dibawa oleh Tim Densus 88 ke Kantor Polda Jatim di Surabaya guna menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
Komitmen parpol
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) dan Gerakan Pemuda (GP) Ansor sepakat berada satu front untuk mengatasi persoalan radikalisme di Tanah Air.
Diharapkan seluruh komponen bangsa berpartisipasi dalam menghadapi pelbagai ancaman yang dirasakan masyarakat.
Ketua Umum PKPI AM Hendropriyono mengatakan kegelisahan masyarakat semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Pemicunya ialah radikalisme, seperti munculnya gerakan dari kelompok yang mengatasnamakan Islam.
"Terus terang gerakan itu bukan Islam. Jika dibiarkan ini akan membuat hilangnya nama besar Islam. Kita harus berbuat sesuatu dan jangan rela dirusak," tegas Hendro di sela-sela acara silaturahim kebangsaan bertajuk Mempererat Tali Silaturahim, Memperkukuh Sinergi Kebangsaan antara PKPI dan GP Ansor, di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, PKPI dan Ansor mencermati adanya ulah segelintir pihak yang cenderung menunjukkan sifat-sifat intoleran.
Keberadaan kelompok tersebut sangat membahayakan bagi keutuhan dan kesatuan bangsa.
"Kita harus sama-sama melawan. Tidak benar ada demonstrasi berlapis-lapis sampai memakai rumah ibadah untuk memprovokasi keadaan."
Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas menambahkan, cara mengatasi kondisi kebangsaan yang kian memprihatinkan belakangan ini dengan membangun sinergitas antarkomponen bangsa.
"Ini bagian dari ikhtiar Ansor. Kita harus bersatu menghadapi ancaman-ancaman yang sekarang semakin terlihat." (Mal/Gol/P-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved