Dominasi Negeri Sakura di Pasar Otomotif

Iqbal Musyaffa
10/11/2016 02:50
Dominasi Negeri Sakura di Pasar Otomotif
(ANTARA/FIKRI YUSUF)

JEPANG selama ini memang terkenal akan kemajuan teknologi mereka yang terkemuka di kawasan Asia dan bahkan dunia. Tak terkecuali teknologi dan pengembangan produk otomotif banyak yang berasal dari sana. Dominasi produsen kendaraan bermotor asal Jepang kian membanjiri pasar otomotif Indonesia, baik untuk kendaraan roda dua maupun roda empat. Berdasarkan data Gaikindo, hingga Agustus tahun ini pabrikan Jepang mendominasi 10 besar penjualan terbanyak untuk kendaraan roda empat.

Penjualan terbanyak dibukukan Toyota dengan penjualan hingga Agustus sebanyak 238.795 unit dan posisi kedua ditempati Honda dengan 136.058 unit. Daihatsu menempati posisi ketiga (116.999 unit), lalu Mitsubishi (64.929 unit) dan Suzuki (61.176 unit). Begitu pula pada posisi terbanyak keenam hingga sepuluh masih dikuasai pabrikan Jepang, yakni Datsun (23.028 unit), Hino (13.624 unit), Nissan (9.980 unit), Isuzu (10.041 unit), dan Mazda (4.303 unit).

Produsen mobil dengan penjualan lebih dari 1.000 unit hingga Agustus tahun ini di luar pabrikan Jepang hanya Mercedes-Benz yang menguasai pasar mobil mewah Indonesia dengan penjualan 2.486 unit, Chevrolet 1.518 unit, dan BMW 1.490 unit. Menurut Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara, tren dominasi pabrikan Jepang terhadap pasar otomotif di Indonesia sudah berlangsung lama dan konsisten karena pabrikan Jepang sebagian besar didukung jaringan purnajual dan diler-diler dalam pemasaran produk.

"Membuat diler dan jaringan purnajual itu butuh waktu lama. Pabrikan Jepang sudah melakukan itu," ujarnya ketika dihubungi, Selasa (1/11). Mobil-mobil produksi Eropa, menurut Kukuh, sebenarnya memiliki teknologi dan fitur lebih baik daripada produk Jepang. Namun, secara harga memang menjadikan mobil-mobil Eropa lebih mahal. "Mobil-mobil Jepang lebih terjangkau harganya dan segmennya sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang belum terbiasa atau tidak merasa memerlukan fitur yang canggih seperti ada pada mobil-mobil Eropa."

Beberapa pabrikan Jepang seperti Toyota, Daihatsu, Honda, dan Nissan sudah menjadikan Indonesia sebagai basis produksi mobil mereka untuk kemudian diekspor. Hal itu juga menjadi salah satu daya tarik karena dapat menekan harga jual mobil yang diproduksi di dalam negeri. Akan tetapi, bukan berarti tidak ada peluang bagi pabrikan non-Jepang untuk berkembang di Indonesia. "Masih ada peluang tinggal bagaimana konsistensi dan keseriusannya dalam berbisnis di Indonesia. Pabrikan non-Jepang biasanya hengkang jika merasa secara bisnis di Indonesia tidak menguntungkan. Berbeda dengan pabrikan Jepang yang bertahan."

Menurut dia, potensi pasar otomotif di Indonesia sangat besar dengan rasio kepemilikan mobil hanya 85 unit per 1.000 orang. Keseriusan dalam berbisnis sangat diperlukan seperti dengan membangun pabrik dan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi. Vice President Director PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia Warih Andang Tjahjono sepakat dengan Kukuh. "Kalau mau kompetitif, bangun basis produksi di dalam negeri dan maksimalkan kapasitas dalam negeri untuk membangun rantai pasokan industri," ujarnya.

Strategi berbeda
Direktur Pemasaran PT Kia Mobil Indonesia Hartanto Sukmono mengakui dominasi Jepang pada pasar otomotif Indonesia sangat besar sekitar 96%. Menurutnya, sebagai pabrikan non-Jepang, yakni dari Korea, Kia terlambat masuk ke Indonesia karena baru masuk pada 2000. "Namun, kami tetap melihat adanya peluang karena kami memiliki model-model menarik, modern, dan berteknologi tinggi meski kita tak bermain di volume besar untuk saat ini."

Strategi Kia untuk dapat bertahan dalam persaingan industri otomotif Indonesia sendiri, kata dia, dengan meluncurkan model-model baru yang dapat diterima masyarakat. "Kami juga memperhatikan pelayanan serta kepuasan pelanggan baik untuk produk baru ataupun purnajual." Dalam waktu dekat, misalnya, Kia akan meluncurkan All New Rio generasi keempat untuk pasar Indonesia setelah diluncurkan di Paris Motor Show, Oktober lalu.

"Penjualan kami sampai September 2016 sudah 1.043 unit, di antaranya 42% dari Kia New Rio dan 22% dari Kia New Picanto." Section Manager External Communication Mercedes-Benz Indonesia Ananta Wisesa mengatakan, meskipun pasar otomotif di Indonesia didominasi pabrikan Jepang, Mercedes-Benz tidak berupaya untuk mendobrak dominasi itu karena memang berbeda segmen produk dan pemasarannya.

Mercedes-Benz lebih menekankan sebagai pabrikan mobil premium dengan segmen lengkap mulai sedan, SUV, MPV, hingga model kendaraan dengan performa tinggi serta memiliki jaminan dan jaringan purnajual. "Kami lebih fokus mempertahankan posisi kami sebagai pemimpin pasar untuk segmen mobil premium di Indonesia dengan merilis berbagai produk dan inovasi terbaru kami seperti yang terbaru GLC jenis SUV karya anak bangsa yang diproduksi di Wanaherang, Bogor. Hingga saat ini sudah ada enam jenis produk yang diproduksi di dalam negeri," tutup dia. (S-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya