Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
PRODUSEN mobil asal Swedia Volvo mendukung inisiatif Jerman untuk membakukan steker (colokan listrik) pengisian energi pada mobil listrik sebagai upaya menumbuhkan pasar kendaraan non-emisi.
"Untuk menyatukan peningkatan popularitas kendaraan listrik dan memastikan pelanggan sepenuhnya memiliki teknologi tersebut, maka diperlukan infrastruktur pengisian yang sederhana, standar, cepat, dan global," ujar Peter Mertens, Wakil Presiden Riset Volvo sepeti dilansir dari AFP, Rabu (9/3).
Sejak 2009, produsen mobil seperti Volvo telah memperkenalkan setidaknya 30 model mobil listrik atau plug-in hybrid di Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, serta beberapa negara Eropa.
Lonjakan popularitas mobil listrik dan hybrid, yang dapat menggunakan bensin atau listrik, sebagian besar disebabkan meningkatnya harga minyak dan isu lingkungan.
Menurut perusahaan itu, satu per lima dari seluruh Volvo XC90s yang terjual merupakan jenis plug-in hybrid. Adapun pada Januari 2016, Volvo XC90 dinobatkan menjadi mobil tahun ini di Amerika Utara.
"Kami melihat bahwa pergeseran ke arah mobil listrik sudah sepenuhnya berlangsung," kata Mertens.
Namun, daya tahan baterai kendaraan listrik atau hybrid bisa jadi masalah karena dikembangkan secara standar dan seragam di stasiun pengisian.
Perusahaan Charging Interface Initiative, yang berbasis di Berlin dan merupakan tempat Volvo bergabung bersama sejumlah mobil Jerman dan asosiasi, telah mengembangkan skema sertifikasi untuk digunakan pada mobil di seluruh dunia.
"Sistem pengisian standar global sangat diperlukan. Kurangnya standar tersebut ialah salah satu hambatan utama untuk pertumbuhan pangsa pasar kendaraan listrik," kata Mertens.
Charging Interface Initiative didirikan oleh Audi, BMW, Daimler, Mennekes, Opel, Phoenix Contact, Porsche, TUV SUD, dan Volkswagen. Adapun Volvo Car kini dimiliki oleh grup Geely dari Tiongkok. (OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved