Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
PANDEMI covid-19 telah membuat teknologi digital menjadi penting dalam membentuk pembaca abad 21. OECD Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 mendefinisikan, membaca sebagai memahami, menggunakan, mengevaluasi, merenungkan, dan terlibat dengan teks untuk mencapai tujuan seseorang, untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi seseorang, dan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Membaca bukan hanya kemampuan untuk memecahkan kode kata-kata tertulis yang biasanya diperoleh selama masa kanak-kanak, tetapi juga seperangkat keterampilan yang dapat dibentuk oleh individu sepanjang hidup.
Strategi
Definisi PISA, membaca telah berubah dari waktu ke waktu untuk mencerminkan perubahan dalam masyarakat, ekonomi, budaya, dan teknologi. Sejak PISA 2000, konsep membaca juga telah berubah untuk mencerminkan kemajuan dalam pemahaman teoretis, tentang apa artinya mengetahui cara membaca, yang mencakup dimensi perilaku kognitif, metakognitif, dan afektif-motivasi. Misalnya, membaca di dunia digital membutuhkan evaluasi terus-menerus terhadap kualitas dan validitas sumber perbedaan, menavigasi melalui ambiguitas, membedakan antara fakta dan opini, dan membangun pengetahuan.
Hal ini semakin menuntut individu untuk memperoleh strategi yang efektif --untuk memikirkan, memantau, dan menyesuaikan aktivitas mereka untuk mencapai tujuan tertentu (juga dikenal sebagai strategi membaca metakognitif), dan memotivasi diri mereka sendiri untuk bertahan dalam menghadapi kesulitan (juga dikenal sebagai efikasi diri). Strategi metakognitif merupakan elemen penting yang dapat dikembangkan sebagai komponen literasi membaca.
PISA mendefinisikan, kelancaran membaca sebagai kemudahan dan efisiensi membaca teks untuk pemahaman. Kefasihan membaca adalah kemampuan individu untuk membaca kata-kata dan teks secara akurat, dan otomatis untuk mengungkapkan dan memproses kata-kata dan teks-teks tersebut untuk memahami makna keseluruhan dari teks (Kuhn dan Stahl, 2003). Siswa yang membaca dengan lancar mengaktifkan proses pemahaman tingkat tinggi yang terkait dengan kinerja pemahaman membaca yang lebih tinggi, daripada mereka yang memiliki kefasihan membaca yang lebih lemah (Cain dan Oakhill, 2004).
PISA 2018 juga mengevaluasi kefasihan membaca dengan menghadirkan siswa dengan berbagai kalimat, satu per satu, dan menanyakan apakah mereka masuk akal. Kalimat-kalimat ini semuanya relatif sederhana dan tidak ambigu apakah masuk akal atau tidak.
Temuan riset yang penting memperlihatkan bahwa pembaca harian paling sering menggunakan teks untuk tujuan yang memerlukan lokasi informasi tertentu (White, Chen dan Forsyth, 2010). Hal ini terutama terjadi pada pembaca ketika menggunakan informasi digital yang kompleks, seperti mesin pencari dan situs web. Pembaca harus mampu menilai relevansi, akurasi dan kredibilitas, memodulasi kecepatan membaca mereka, dan membaca sekilas teks sampai mereka menemukan informasi yang relevan.
Membaca digital memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan membaca cetak, tetapi bukan tanpa nuansa. Misalnya, teknologi menyediakan lingkungan unik yang berinteraksi sebagai respons terhadap tindakan pelajar dan memfasilitasi komunikasi dengan orang lain. Buku elektronik biasanya lebih hemat biaya daripada buku kertas (Bando dkk, 2016), yang memfasilitasi demokratisasi pengetahuan. Kemajuan terbaru dalam teknologi layar mengurangi kelelahan mata dari membaca teks digital meskipun buku masih mempertahankan keunggulan komparatif di sini (Rosenfield dkk, 2015).
Di sisi lain, analisis dari beberapa riset menunjukkan bahwa (a) membaca dari kertas menghasilkan pemahaman bacaan yang lebih baik jika dibandingkan dengan membaca digital. Terutama ketika ada batasan waktu (Delgado dkk, 2018). (b) Membaca dari kertas lebih efisien daripada membaca dari layar, mengingat ada kinerja yang lebih baik membaca dari kertas dengan investasi waktu yang sama (Kong, Seo dan Zhai, 2018).
Studi lain menunjukkan bahwa meskipun pemahaman bacaan serupa antara buku cetak dan e-book, pembaca e-book
tidak seefisien pembaca cetak dalam mengurutkan peristiwa dan menempatkannya dalam garis waktu terjadinya (Mangen, Olivier dan Velay, 2019). Dengan demikian, waktu yang dihabiskan untuk membaca untuk kesenangan di perangkat digital mungkin tidak selalu menggantikan waktu yang dihabiskan untuk membaca untuk kesenangan di media cetak.
Kedua, potensi manfaat penggunaan teknologi untuk meningkatkan pengalaman membaca siswa tampaknya lebih besar dalam kegiatan yang berkaitan dengan membaca untuk informasi dan memenuhi kebutuhan praktis daripada membaca buku untuk kesenangan. Artinya, seseorang yang senang membaca cenderung membaca buku dalam format kertas, atau menyeimbangkan waktu membaca mereka antara kertas dan digital. Pada saat yang sama, seseorang yang senang membaca cenderung lebih sering membaca berita di perangkat digital, tetapi tidak secara eksklusif. Dengan kata lain, tampaknya sebagian besar pembaca yang mahir mampu mengoptimalkan penggunaan teknologi digital bergantung pada aktivitasnya.
Tanggung jawab bersama
Oleh karena itu, dengan adanya otomatisasi, kecerdasan buatan, dan robotika yang terus meresap ke tempat kerja, sekolah masa depan perlu membantu siswa mengembangkan keterampilan yang akan sulit ditiru oleh mesin. Hal ini sangat penting untuk prospek dan kesejahteraan pasar tenaga kerja siswa. Untuk menjadi pembaca yang mahir di dunia digital, siswa membutuhkan dasar membaca yang kuat, juga kemampuan untuk berpikir kritis, memantau, dan menyesuaikan perilaku mereka untuk tujuan tertentu dan memotivasi diri mereka sendiri untuk bertahan dalam menghadapi kesulitan.
Karena itu, tidak hanya negara dan pemerintah melalui sekolah, semua pihak termasuk pers seperti surat kabar memiliki tanggung jawab untuk menciptakan pembaca yang mahir di dunia digital, dengan memberikan dan memobilisasi kesempatan belajar di seluruh spektrum membaca, yang mencakup baik teknologi digital maupun bacaan cetak tradisional. Dengan demikian, siswa atau generasi muda saat ini memiliki kesempatan untuk belajar berpikir kritis dan mengembangkan keterampilan metakognitif dan efikasi diri untuk menavigasi abad ke-21 yang kaya teknologi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved